Indonesia adalah negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai (Dahuri et al., 2001), karenanya menyediakan sumber daya perikanan yang sangat bervariasi. Indonesia telah dikenal sebagai negara nomor satu untuk produksi tuna (Sunoko dan Wen Huang, 2014). Sendang Biru adalah bagian dari Samudera Hindia di Jawa Timur, Indonesia dilaporkan memiliki potensi tinggi dalam perikanan tangkap tuna. Perairan ini didominasi oleh tuna bernilai ekonomi tinggi, yaitu tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan tuna cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam kisaran tangkapan 425-1.360 kg/trip (Hidayati et al., 2018;
Wiadnya et al., 2018). Di antara Agenda PBB yang terkait dengan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan pada 2030 adalah Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Laya Laut, Laut, dan Laut secara berkelanjutan (FAO, 2018). Pertumbuhan dinamis pasar perikanan global di negara berkembang harus linier dengan penilaian stok perikanan. Penilaian ini penting untuk mengevaluasi dampak keselamatan dan risiko kesehatan parasit zoonosis yang ditanggung ikan serta memastikan bahwa ikan tangkapan liar memenuhi sertifikasi kesehatan untuk ekspor dan impor (Watterson et al., 2008; ADW, 2014). Parasit ikan dilaporkan ditemukan lebih tinggi di perairan laut daripada air tawar karena ekosistem laut menunjukkan stabilitas jangka panjang. Palm, (2011) dan Rohde (2002) menyelidiki bahwa 100.000 parasit ikan ditemukan di sekitar 30.000 spesies ikan (3,3 spesies parasit/ikan). Indeks keanekaragaman ikan dapat digunakan sebagai informasi komunitas parasit ikan terkait dengan kondisi lingkungan (tingkat pencemaran) yang dapat mempengaruhi respon imun inang yang menyebabkan intensitas infeksi parasit (Sures, 2008; Morley, 2010).
Evaluasi berkala terhadap parasit zoonosis dan heteroxenous dalam tangkapan ikan komersial adalah penting, seperti Anisakis yang dilaporkan ditemukan pada tuna cakalang (Hibur et al., 2016; Kuhn et al., 2013). Selain itu, infeksi parasit dapat menurunkan produksi dan kualitas ikan dan membahayakan orang yang mengkonsumsinya (Palm et al., 1985). Polusi laut di Indonesia dilaporkan berasal dari beberapa kegiatan antropogenik darat dan lepas pantai termasuk industrialisasi; lalu lintas penangkapan dan pengiriman ikan; akuakultur dan pertanian intensif; urbanisasi dan pemukiman manusia (Todd et al., 2010). Selanjutnya, pemantauan status kesehatan tuna cakalang (Katsuwonus pelamis) menggunakan pendekatan parasitologis di Indonesia yang telah mengembangkan sektor apa pun sangat relevan untuk biokonservasi laut dan perikanan berkelanjutan.
Perairan Sendang Biru adalah bagian dari Samudera Hindia di Jawa Timur Indonesia dengan tangkapan tuna yang tinggi. Pemantauan status kesehatan cakalang (Katsuwonus pelamis) menggunakan pendekatan parasitologis telah diselidiki untuk mendukung biokonservasi laut dan perikanan berkelanjutan. Ikan cakalang yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Sendang Biru diperiksa langsung dan diawetkan sebelum analisis lebih lanjut dari parameter parasitologis termasuk prevalensi (P), intensitas rata-rata (MI) dan rasio heteroxenous / monoxenous (H / M). Kemudian, perhitungan P dan MI secara kualitatif dinyatakan sebagai status infeksi merujuk pada tingkat infeksi berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Williams dan Bunkley-Williams. Ditemukan lima genera parasit, yaitu Necator, Trichinella, Capillaria, Rhadinorhynchus, dan Eimeria. Rhadinorhynchus diamati sebagai parasit menular tertinggi (P = 83%; MI = 83,16 individu / ikan yang terinfeksi). Status infeksi parasit usus pada cakalang dari perairan Sendang Biru dikategorikan rendah, sering dan infeksi sedang dengan rasio H / M adalah 3: 2.
Penulis: Agoes Soegianto
Tulisan detail tentang riset ini dapat dilihat di
https://www.researchgate.net/publication/335528488_Infection_status_of_intestinal_parasites_in_Skipjack_Tuna_Katsuwonus_pelamis_from_Sendang_Biru_Waters_Indian_Ocean_Indonesia_1
D. Hidayati , H. Y.
Prabowo dan A. Soegianto. 2019. Infection
status of intestinal parasites in Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) from
Sendang Biru Waters, Indian Ocean, Indonesia. Ecology,
Environment and Conservation Paper (EM International), Vol 25, July Suppl.
Issue, 2019; Page No.(S100-S105).