Salah satu alternative dalam melakukan aktivitas investasi adalah pasar modal. Produk yang memiliki minat cukup tinggi dalam pasar modal di Indonesia salah satunya adalah adalah produk Reksa Dana, karena rekasa dianggap produk pasar modal yang memiliki resiko yang cukup rendah. Namun sayangnya investor reksanda tidak dapat mengetahui apakah potofolio yang dipilihkan oleh manajer investasi tersebut betul-betul bebas resiko. Selama ini protofolio yang dibentuk untuk Reksadana dengan risiko terkecil adalah surat berharga berpendapatan tetap atau saham bluechip, namun komposisi dan jenis efek yang dibeli seringkali luput dalam pandangan investor. Hal yang paling sulit diprediksikan adalah reksadana saham yang dimana komposisinya berupa saham-saham yang sangat fluktuatif harga dan keuntungannya. Kemudian keuntungan dari reksadana tersebut masih harus dipotong dengan biaya manajer investasi, sehingga yang diterima oleh investor tidak terlalu banyak. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah penelitian ingin membuktikan bahwa seorang investor bisa melihat perkembangan reksadana mereka dari pergerakan saham melalui growth stock dan value stock. Menurut beberapa penelitian growth stock dan value stock mampu menjelaskan Net Asset Value dari Reksadana. Growth stock dan value stock digunakan untuk memperdiksi keuntungan dari mutual fund, sehingga sebelum nasabah mengalami keuntungan atau kerugian atas Net Asset Value, manajer investasi dan investor dapat memprediksi kemungkinan keuntungan dan kerugian yang akan didapat dan memperkirakan laba atau rugi yang diperoleh. Dalam penelitian ini menjelaskan juga bagaimana ber-investasi sebagai bentuk ditribusi kekayaan. Sehingga penelitian ini berfokus pada penilaian sebuah kinerja reksa dana ditinjau dari growth stock dan value stock pada Jakarta Islamic Index [L1] yang dapat mempengaruhi sebuah Net Asset Value dari reksa dana. Dimana hal ini menjadi sebuah tolak ukur seorang manajer investasi dalam meninjau sebuah resiko atas reksadana tersebut sehingga dapat disimpulkan reksadana tersbut dapat dibeli ataupun tidak.
Dalam proses penelitian menggunakan metodologi penelitian kuantitatif, yang mengandalkan data sekunder untuk analisis statistik dan bertujuan untuk menguji hipotesis. Seluruh data di peroleh dari Laporan Keuangan Perusahaan yang terindex di JII dan Laporan Net Asset Value Reksadana yang diterbitkan disitus resmi Otoritas Jasa Keuangan dari tahun 2013 hingga 2017.[L2] Dalam hal teknik pengambilan sampel, penelitian ini mengadopsi metode purposive sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu.
Berdasarkan hasil regresi olah data, growth stock memberikan signifikansi yang lebih besar pada Nilai Aktiva Bersih reksadana saham syariah. Value stock juga membarikan dapak pada NAB Reksadana hanya saja lebih sedikit dibandingkan dengan growth stock. Ini bisa terjadi jika Manajer Investasi bertujuan untuk mencapai laba tinggi sehingga cenderung memilih portofolio yang beresiko. Return tinggi juga menguntungkan bagi Manager Investasi sebab bisa memperoleh keuantungan dari hasil kelola investasi yang mereka lakukan. Perusahaan yang berada pada tahap pertumbuhan dapat memberikan pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan yang telah stabil (value stock). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajer investasi dan investor dapat menilai variasi portofolio bersadarkan growth stock. Dengan menggunakan varibel pada growth stock dapat dijadikan sebagai pertimbangan utama untuk mengamati kinerja reksadana syariah di pasar modal Indonesia. Selanjutnya, variabel lain dapat dipertimbangkan, seperti sentiment investor dan arah kebijakan pemerintah.
Penulis: Sylva Alif Rusmita SE., CIFP.
Informasi detail riset tersebut dapat dilihat pada tulisan kami di :
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad/article/view/9670