Teluk Prigi yang terletak di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur, merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk termasuk sektor perikanan. Tempat ini adalah salah satu pusat bisnis perikanan di pantai selatan Pulau Jawa.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan terkait perikanan sekitar 6.271 rumah tangga (Wulandari et al., 2013), di mana mayoritas masyarakat adalah nelayan. Aktivitas perikanan yang tinggi di daerah ini dapat berdampak buruk pada Teluk Prigi, terutama kualitas perairan di Teluk Prigi.
Kualitas air adalah faktor
penting untuk sektor perikanan dan habitat bentik seperti karang dan lamun
(Tangke et al., 2016). Suhu di laut adalah salah satu faktor terpenting bagi
kehidupan organisme di lautan. Ini karena suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme dan proliferasi organisme ini (Hutabarat dan Evans, 1986). Sebagian
besar biota air sensitif terhadap perubahan nilai pH, nilai ideal untuk hidup
antara 7 – 8,5 (Susana, 2010).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang disebabkan oleh bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut seperti lumpur, pasir, bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (Irawan dan Sari, 2013). Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dalam batas-batas tertentu dapat mengindikasikan perubahan kualitas air, semakin rendah konsentrasi semakin rendah kualitas air (Susana, 2010).
Oksigen terlarut di lautan digunakan oleh organisme akuatik untuk respirasi dan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme (Patty et al., 2015). Tingginya konsentrasi klorofil-a fitoplankton dapat digunakan sebagai indikasi banyaknya sel fitoplankton serta potensi organik dalam air. Klorofil-a digunakan sebagai indikator kelimpahan fitoplankton (Marlian et al., 2017).
Dari penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa terumbu karang hanya ditemukan di sepetak kecil di bagian Timur dan Barat Teluk Prigi di daerah lereng terumbu. Karang sebagai pembangun utama terumbu karang rentan terhadap suhu, meningkatnya 1 oC suhu permukaan laut dari rata-rata bulanan maksimum suhu laut akan menghadapi kondisi pemutihan (Donner, 2009). Klypas et al. (1999) menyatakan bahwa beberapa kondisi lingkungan mempengaruhi pertumbuhan karang seperti cahaya, suhu, salinitas, sedimentasi, hidromekanik, dan arus. Faktor-faktor ini juga menjadi batas bagi pertumbuhan karang di lintang tinggi.
Bentuk kehidupan atau morfologi karang juga disesuaikan dengan tekanan lingkungan. Sebagai contoh, karang Pocillopora damicornis akan menunjukkan variasi intraspesifik yang berbeda pada kerangka mereka karena kejernihan atau kekeruhan air (Veron, 1995; Brown, 1997). Tujuan dari Studi ini untuk melihat kualitas air Teluk Prigi sebagai data dasar (baseline data) untuk program rehabilitasi terumbu karang berikutnya.
Dalam penelitian ini kuantifikasi air laut yang dilakukan di 20 lokasi di Teluk Prigi mewakili wilayah pesisir dan lepas pantai. Permukaan dan kedalaman 1 m air laut kemudian dikuantifikasi menggunakan multi probe (AAQ-1183 IF, Jepang), dan menghasilkan gambar kualitas air di Teluk Prigi. Hasil penelitian ini dapat menjadi garis dasar kualitas air Teluk Prigi karena parameternya adalah faktor pembatas ekosistem tropis yang berharga seperti terumbu karang yang mendapat tekanan berat dari aktivitas manusia di daerah ini.
Untuk mengetahui lebih detail tentang Kondisi fisiko-kimia oseanografi sebagai masukan program rehabilitasi terumbu karang Teluk Prigi, Jawa Timur, Indonesia dapat dibaca pada penelitian berikut.
Judul: Physico-chemical oceanographic conditions of Prigi Bay, East Java, Indonesia
Penulis: Oktiyas Muzaky Luthfi*, Andik Isdianto, Supriyadi, Riza Alifia, Ninik Ika Sulistianingrum, Rahmat Prasetyoaji, Muhammad Irlan Assidiq Kusuma Ramadhan dan Agoes Soegianto*
Dapat menghubungi: agoes_soegianto@fst.unair.ac.id
Website: http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9711&iid=276&jid=3
Dan
https://www.researchgate.net/publication/335505728_Physico-chemical_oceanographic_conditions_of