UNAIR NEWS – Sejumlah dosen dari Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menggelar program skrining dan sosialisasi tumor kelenjar tiroid di Banyuwangi pada Sabtu, (7/9/2019). Mengingat, Banyuwangi masuk daftar wilayah dengan angka pravalensi tumor kelenjar tiroid yang masih tinggi.
Digelar di Balai Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, kegiatan pengabdian masyarakat tersebut berfokus pada dua hal. Pertama, melakukan skrining pada peserta atau masyarakat dengan ultrasonografi. Kedua, melakukan sosialisasi materi tentang tumor kelenjar tiroid.
Salah seorang anggota tim Anggraini D Sensusiati menyebut bahwa tumor kelenjar tiroid termasuk salah satu Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan prevalensi GAKY di Jawa Timur mencapai 24,8 persen (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2009). Dari hasil survei tumor kelenjar tiroid yang dilakukan pada anak SD di Kabupaten Banyuwangi, diketahui prevalensi tumor kelenjar gondok sebesar 25 persen pada 1997; 12,69 persen pada 1998; dan pada 2002 mencapai 12,71 persen (Dinkes Kabupaten Banyuwangi, 2002).
”Berdasar (BPPN, 2004), ini (masalah kelenjar tiroid, Red) masih dianggap dalam masalah kesehatan yang harus diatasi karena secara umum prevalensi masih di atas 5 persen,” ungkapnya.
Anggraini menyebut tim terdiri atas 14 dosen di departemen radiologi. Yakni, Trijono KSP, Rosy Setiawati, Sri Andreani, Dyah Erawati, Lulus Handayani, Ulinta Purwati, Hartono Y Sarastika, Triwulan Handarini, Anita Widyoningroem, Hidayat S Atmaja, Fierly Hayati, Dian Nurhayati, dan Alvita T Sari. Termasuk dengan dirinya.
”Kegiatan dimulai pukul 08.30. Dihadiri lebih dari 70 orang, masyarakat di sekitar Desa Kluncing, Kecamatan Licin. Termasuk dihadiri kepala desa, kepala puskesmas Kecamatan Licin dan camat Licin,” sebutnya.
Selain itu, ungkap Anggraini, timya juga menlakukan kuesioner terhadap peserta yang hadir. Hasil kuesioner pre sonografi menunjukkan bahwa sebanyak 18 persen peserta mengalami gejala hipotiroid dengan keluhan terbanyak “gangguan BAB atau BAK”. Sementara, sebanyak 16 persen mengalami gelaja hipertiroid dengan keluhan terbanyak “lebih sering berkeringat”.
”Untuk sosialisasi, kami memberikan materi singkat tentang tumor kelenjar tiroid, diagnostik deteksi tumor kelenjar tiroid, penanganan non-operatif atau konservatif tumor kelenjar tiroid, penanganan operatif tumor kelenjar tiroid, Pemberian materi tentang peran terapi internal radiasi pada tumor kelenjar tiroid, dan Skrining pada audience menggunakan ultrasonografi untuk deteksi tumor kelenjar tiroid,” jelasnya.
Anggraini menambahkan, skrining dilakukan kepada sebanyak 53 warga. Hasilnya, 20 persen warga mempunyai kelainan pada kelenjar tiroidnya yang secara imejing merupakan lesi jinak. Kemudian, dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 18 persen dari 53 peserta mempunyai gejala hipotiroid.
”Dan, sebanyak 16 persen mempunyai gejala hipertiroid. Hasil skrining USG menemukan nodul pada 16 peserta yang sebagian besar berupa nodul jinak,” katanya. (*)
Penulis: Feri Fenoria