UNAIR NEWS – Nastiti Intan Permata Sari, mahasiswi asal Madiun hanya butuh waktu delapan tahun sejak lulus sekolah Menengah Atas (SMA) di tahun 2011 dan mendapatkan gelar Doktor pada tahun 2019. Melanjutkan pendidikan perkuliahan di Universitas Airlangga (UNAIR). Mengambil pilihan program studi biologi pada Fakuktas Sains dan Teknologi (FST) Nastiti sapaan akrabnya, mampu menyelesaikan pendidikan sarjana selama 3,5 tahun. Hal tersebut tergolong sangat istimewa, mengingat Nastiti tidak hanya mengisi kegiatan hanya dengan berkuliah, namun juga ikut aktif mengikuti berbagai Unit 8Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa.
Diantara berbagai UKM yang diikuti seperti UKM Penalaran dan UKM Karawitan, Nastiti menjatuhkan pilihan pada UKM Resimen Mahasiswa. Nastiti mengungkapkan jika UKM Resimen Mahasiswa merupakan yang sangat berkesan, menurut ia UKM Resimen Mahasiswa mengajarkan bagaimana disiplin waktu, tidak hanya mahir dalam beroganisasi namun juga mahir dalam ilmu pendidikan.
“UKM Resimen Mahasiswa mengajarkan kita menjadi pribadi yang tahan banting harus punya strategi dan daya juang tinggi, “ ungkap Nastiti yang terakhir menjabat sebagai Wakil Komandan UKM Resimen Mahasiswa 801 UNAIR.
Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu, Nastiti mengambil Program Magister Kedokteran Tropis guna melanjutkan pendidikan Pascasarjana. Nastiti menambahkan jika perjuangan yang ditempuh untuk masuk program Pascasarjana tidaklah mudah mengingat program studi yang dipilih masuk bidang medis. Basic yang berbeda tidak membuat Nastiti patah semangat, hal tersebut terbukti dengan lulus tepat waktu pada strata dua di tahun 2017.
“Dibawah bimbingan Prof. Ni Made Mertaniasih, saya dapat lulus dari Fakultas Kedokteran (FK), awalnya kesulitan, namun saya tetap belajar, “ tambahnya.
Mahasiswi yang lolos beasiswa Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggulan (PMDSU) tersebut menceritakan beasiswa yang diraih tidaklah mudah mengingat salah satu syaratnya adalah menyerahkan proposal dan melewati seleksi yang ketat, namun berkat dukungan dari berbagai pihak termaksud orang tua, Nastiti mampu lolos dan mendapat beasiswa tersebut.
“Banyak syarat yang harus dipenuhi, berkat dukungan dari orang tua dan dosen pembimbing, saya berhasil lolos dan mendapatkan beasiswa PMDSU,“ujar Nastiti.
Nastiti melakukan penelitian tentang metode molekuler untuk identifikasi bakteri penyebab tuberkulosis paru di Kyoto University Jepang di tahun 2017 dan di tahun selanjutnya ia kembali ke Jepang untuk melanjutkan penelitian di Nara Institute of Science and Technology bersama Prof. Hirotada Mori. Penelitian tersebut bertujuan menyelesaikan desertasi yang ia kerjakan.
“Alhamdulillah hasil penelitian saya diterima di jurnal Q2 Scopus BMC research notes dan saya dinyatakan lulus Doktor pada 1 Agustus 2019 kemarin, Pungkasnya. (*)
Penulis : Faisal Dika Pratama
Editor : Binti Q. Maruroh