UNAIR NEWS – Dunia kesehatan tidak asing dengan istilah hemodialisis, terutama bagi para ahli ginjal. Hemodialisis berkaitan dengan peralatan yang rentan terkontaminasi, terutama dalam sistem aliran darah yang dapat membahayakan pasien. Bahkan di Vietnam, telah ada korban akibat dari terkontaminasinya peralatan pada proses hemodialisis.
Maka dari itu, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) mengadakan Symposium Clinical Engineering in Hemodialysis dengan tema “Building a Management System of All Dialysis Equipment in Indonesia”. Seminar tersebut dilaksanakan pada Kamis (4-5/9/19) bertempat di Hall Dharmawangsa Lt. 8 RSUA.
Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., Sp.P(K) selaku Wakil Direktur Pendidikan dan Riset menuturkan bahwa seminar tersebut merupakan bagian dari kerjasama RSUA dengan St. Mary’s Hospital dari Jepang. Seminar tersebut sebagai bentuk pengembangan dan upaya peningkatan pelayanan rumah sakit dengan bidang pengembangan clinical engineering.
Pemilihan tema dimaksudkan karena konsen yang dikembangkan adalah tentang hemodialisis. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman para teknisi karena mereka menganggap merawat alat tersebut sangat penting.
“Kami ingin meningkatkan pengetahuan dan pengalaman para teknisi. Mengapa? Karena mereka menganggap merawat alat ini sangat penting, karena ini sangat berbahaya untuk keselamatan pasien. Mungkin di Indonesia belum banyak yang menyadari pentingnya itu (merawat peralatan hemodialisis, Red),” jelasnya.
Prof. Amin menambahkan, pasien cuci darah membutuhkan pelayanan yang ekstra, terutama jika terkena bahan-bahan logam berat yang akan terkontaminasi bila tidak diawasi. UNAIR, terutama, sangat memperhatikan keamanan pasien melalui alat hemodialysis. Maka dari itu, teknisi selalu diberikan training untuk meng-update pengetahuan.
Dengan diadakan seminar tersebut, prof. Amin berharap RSUA menjadi pusat hemodialisis yang baik, dan bisa menjadi pusat training untuk teknisi, bukan dokter ahli ginjal. Hal itu agar para teknisi dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dengan alat himodialisis yang baik.
“Ya kami menjadi pusat hemodialisis yang baik, harapannya menjadi pusat training untuk teknisi bukan dokter ahli ginjal. Supaya mereka dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dengan alat hemodialisis yang memang sudah bekerja dengan benar, termasuk kontaminasinya juga harus baik,” ujarnya.
Sebagai informasi tambahan, seminar tersebut diisi oleh beberapa pemateri dari St. Mary’s Hospital dan RSUA. Yakni, Prof. Moh. Yogiantoro, dr., Sr. PD. KGH., konsultan nephoreogis dari RSUA, Mr. Yuji Nishikubo clinical engineering St. Mary’s Hospital Jepang, Dr. Daisaku Urabe director of international coorperation dept, St. Mary’s Hospita, Mr. Masakazu Nakashima director of clinical engineer dept, St. Mary’s Hospital, dan Mr. Noboyuki Ono, clinical engineer of hemodialysis center, St. Mary’s Hospital. (*)
Penulis: Asthesia Dhea C.
Editor: Binti Q. Masruroh