Selama ini spesimen yang banyak dipakai dalam pemeriksaan melalui analisa DNA dalam mengidentifikasi adalah spesimen bercak darah/darah, bercak semen, vaginal swab, buccal swab dan tulang. Di tempat kejadian perkara akan didapatkan trace evidence biologi. Selain trace evidence biologi, diantaranya juga benda-benda yang sering digunakan pelaku atau korban terakhir kalinya. Satu diantaranya yakni alat bantu dengar handphone yang sekarang lagi marak yakni headset atau earphone.
Headset/earphone merupakan alat elektronika audio yang digunakan dalam mendengar suara handphone atau MP3. Dalam penggunaannya, earphone menempel pada kulit telinga bagian luar. Sehingga dapat diduga adanya bahwa ada serumen yang menempel pada alat tersebut. Sebelumnya di jepang telah dilakukan penelitian tentang hal tersebut, Seo Y, et al (2002) dalam penelitiannya yaitu melakukan identifikasi forensik melalui bahan serumen yang melekat pada earphone yang digunakan oleh pelaku kejahatan. Hanya saja sampai saat ini belum banyak penelitian yang secara spesifik menjelaskan efektivitas penggunaan swab earphone untuk digunakan sebagai bahan identifikasi.
Maka perlu dikembangkan pemeriksaan benda-benda yang ada di tempat kejadian perkara salah satunya alat earphone. Sehingga diharapkan dapat memberi jawaban pada hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan spesimen yang berasal dari serumen yang menenpel pada earphone / swab earphone dalam hal identifikas forensik khususnya identifikasi jenis kelamin. penemuan barang yang ada di tempat kejadian perkara akan memberi kontribusi besar dalam mengungkap tindak kejahatan.
Identifikasi DNA yang melibatkan kromosom somatik, pembanding yang digunakan adalah ayah dan ibu. Sedangkan pada pemeriksaan DNA mitokondria, pembanding yang digunakan adalah kerabat dalam satu garis keturunan ibu. Berbagai variasi pembanding dapat digunakan sesuai jenis kasus misalnya dapat digunakan pembanding kakek-nenek, sepupu dan lain-lain. Namun tentu saja analisis data yang digunakan sedikit berbeda.
Pada DNA mitokondria (mtDNA) manusia memiliki sejumlah sifat genetik khas yang membedakannya dari genom inti. DNA mitokondria hanya diturunkan lewat jalur ibu tanpa rekombinasi (maternal inherited). DNA mitokondria pada sel anak seluruhnya disumbangkan oleh ibu dan sperma sama sekali tidak berkontribusi. Keunikan sistem pewarisan ini telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang yaitu penentuan hubungan kekerabatan, studi evolusi dan migrasi global manusia modern, bidang forensik dan identifikasi penyakit genetik.
Metode dan Hasil
Penelitian terhadap earphone dilaksanakan selama 3 hari, diletakkan dalam suhu ruang dengan rentang waktu 1, 7, 14 dan 20 hari. melalui daerah D-Loop DNA mitokondria 126 bp ( nt 34-159. HVS II) Efek lingkungan yakni lama paparan menunjukkan penurunan kadar cukup signifikan dari hari pertama hingga ke-20. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruhnya terhadap pengukuran kadar DNA yang terkandung. Faktor lingkungan tersebut menyebabkan DNA mengalami degradasi. Degradasi ini bisa cepat atau lambat. Hal ini tergantung faktor yang mempengaruhi dan waktu terjadinya paparan. Kerusakan DNA dibagi menjadi 2 tipe : Kerusakan dari dalam, misal disebabkan oleh reactive oxygen species (ROS) dan Kerusakan dari faktor luar, seperti suhu, kelembaban dll.
Ketahanan DNA mitokondria lebih baik jika dibandingkan DNA inti. Hal tersebut memiliki jumlah relatif banyak sehingga memiliki kemungkinan keberhasilan dalam proses amplifikasi lebih besar, mengingat jumlah copy DNA mitokondria lebih banyak. MtDNA memiliki jumlah copy yang lebih banyak sekitar 500-2000 copy per sel, dibandingkan DNA inti yang hanya 2 copy per sel. DNA mitokondria merupakan lokus tunggal sehingga adanya rekombinasi yang mempunyai sifat power of discrimination lebih rendah dibandingkan DNA inti. Dengan demikian, DNA mitokondria merupakan alternatif ketika dihadapkan pada kondisi DNA inti yang terdegradasi kompleks atau parah. Namun bila penggunaan primer standar pada STR tidak mampu mendeteksi, maka alternatifnya melakukan redesain primer dengan mengurangi amplicon size sebelum penggunaan mtDNA..
Pada earphone yang telah digunakan selama 3 hari diletak pada suhu kamar selama maksimal 20 hari (sesuai KUHAP lama masa penahanan dalam proses penydikan). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan berpengaruh terhadap kadar DNA. Seperti diketahui faktor lingkungan seperti halnya kelembaban serta temperatur lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kondisi DNA yang digunakan sebagai bahan identifikasi DNA di bidang forensik, sebagaimana pada pemeriksaan DNA dibidang lainnya.
Penulis : Dr. dr. Ahmad Yudianto, SpFM[K]., SH., M.Kes
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
http://www.scimagojr.com/journalsearch.php?q=19900194914&ip=sid&clean=0
Ahmad Yudianto, Simon Martin Manyanza Nzilibili [2019], Effect of room temperature and length of exposure to recover quality DNA from earphone swab-derived 126bp and 143bp mitochondrial DNA at D-loop region. Journal Punjab Academic of Forensic Medicine Toxicology, Vol 19 No.1/ISSN 0972-5687, pp 100-107