UNAIR NEWS – Menjadi pemuda peduli lingkungan merupakan passion lain dari sosok Mohammad Wahyu Syafi’ul Mubarok. Mahasiswa yang terkenal dengan banyak capaian prestasi nasional dan internasional itu baru saja berkesempatan mengikuti Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) 2019. IYMDS 2019 diselenggarakan oleh Divers Clean Action, sebuah lembaga atau NGO yang peduli dan bergerak untuk mengurangi sampah laut dengan cara mengambil sampah di laut ketika menyelam.
Acara yang berlangsung di Jakarta pada 24-29 Agustus 2019 tersebut didukung sepenuhnya oleh Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan. IYMDS melibatkan 40 pemuda-pemudi berusia 18-25 tahun, yang menjadi perwakilan masing-masing provinsi di Indonesia. Beberapa provinsi di Pulau Jawa mendapatkan jatah dua delegasi. Dari 1.000 orang pendaftar, Wahyu adalah satu dari 40 peserta yang lolos seleksi.
“Tujuannya untuk lebih banyak pemuda Indonesia yang membuat langkah nyata di daerah masing-masing, khususnya mengatasi problematika marine debris atau sampah laut. Program ini gratis, baik dari akomodasi selama di Jakarta hingga tiket pun dicover penyelenggara,” jelas Wahyu.
Ia pun berbagi pengalamannya selama sepekan mengikuti kegiatan. Pada hari pertama, Wahyu dan peserta lain mendapatkan materi tentang problematika sampah plastik dan sampah laut di Indonesia. Beberapa pembicara yang hadir di antaranya adalah Inswa (Indonesian Solid Waste Association), ADUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait pengelolaan sampah, lalu ditutup dengan materi elevator pitch oleh Prita Laura, pembawa berita Metro TV.
Beranjak ke hari kedua, Wahyu megikuti kegiatan outdoor di Kepulauan Seribu. Di sana ia dan peserta lain melakukan project SOSIS (Save Our Small Islands) di Pulau Untung Jawa. Kemudian melanjutkakan kegiatan di Pulau Karya untuk melakukan bersih pantai, snorkeling dan diving atau menyelam.
“Hari ketiga, kegiatannya indoor lagi, ada project management, kebijakan dan advokasi, jurnalistik lingkungan hidup ala Greeners, dan juga cara menarik memerangi marine debris,” katanya.
Wahyu juga berkesempatan mengunjungi Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Di sana, ia menyimak pemaparan materi strategi Indonesia dan kontribusi yang telah dilakukan untuk OOC (Our Ocean Conference) 2019. Lalu berlanjut ke @america, di Pacific Place Mall Kebayoran Baru untuk mempresentasikan action plan selama satu menit (pitching) di depan pengusaha, NGO, pemerintah KKP, dan masyarakat. Dalam pitching-nya, Wahyu menerangkan action plan untuk mengatasi sampah laut di Lamongan Utara.
“Ini si kerja sama dengan pemerintah desa sebagai regulator untuk mengurangi penggunaan bungkus plastik untuk makanan khas Paciran. Yakni diganti dengan kearifan lokal, pakai daun lontar, daun jati, atau daun pisang. Begitu rancangan idenya,” papar Mahasiswa Fisika 2016 tersebut.
Lelaki asal Lamongan itu mengakui banyak pengalaman yang didapat dari kegiatan yang ia ikuti. Selain dapat bertemu dengan pemuda-pemuda hebat bercita-cita mulia dari seluruh Indonesia, forum IYMDS menjadi tempat bagi Wahyu belajar banyak hal baru, utamanya tentang pentingnya menjaga kebersihan laut. Motivasinya terhadap gerakan-gerakan peduli lingkungan didasari fakta bahwa hidup manusia yang sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya.
“Alasannya karena lingkungan tanpa kita, tidak akan rusak. Tapi kita tanpa lingkungan, kita tidak akan bisa hidup. Jadi, kapan lagi turut serta berkontribusi menyelamatkan bumi?” pungkasnya.
Ke depan, Wahyu berkeinginan dapat lebih terlibat dalam kontribusi menyelamatkan bumi dan laut. Apapun bidang yang digelutinya kelak, ia berupaya konsisten menjadi pemuda yang tetap peduli dan bergerak aktif menjaga kelestarian lingkungan. (*)
Penulis: Zanna Afia Deswari
Editor: Feri Fenoari Rifa’i