Luka bakar adalah salah satu masalah kesehatan dalam masyarakat modern yang terkait dengan kerusakan jaringan. Luka bakar sulit untuk diperbaiki dan mempengaruhi penderita, baik dari segi fisik maupun psikis. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi pemberian salep epigallocatechin gallate (egcg) terhadap proses kesembuhan luka bakar derajat 2 pada kulit tikus putih (rattus norvegicus).
Dua puluh lima tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok P0 adalah kelompok tikus yang mengalami luka bakar dan diberi terapi dengan basis krim (PEG). Kelompok P1 adalah kelompok tikus yang mengalami luka bakar dan diberi terapi standar dengan silver sulfadiazine. Kelompok P2, P3 dan P4 adalah kelompok tikus yang mengalami luka bakar dan diterapi masing-masing dengan salep EGCG dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 4%. Pada akhir penelitian, dilakukan eksisi jaringan kulit untuk pembuatan preparat histopatologis menggunakan pewarnaan Hematoxyline Eosin.
Evaluasi preparat histopatologi dilakukan terhadap deposisi kolagen, infiltrasi PMN, angiogenesis dan reepitelisasi. Hasil penelitian pada kelompok P4, tampak proses re-epitelisasi dan pembentukan kolagen tertinggi yang disertai dengan penurunan yang nyata pada proses inflamasi dan angiogenesis. Kondisi ini berbeda nyata dengan kelompok P0, P1, P2, dan P3.
Penyembuhan luka bakar derajat II dengan 4% EGCG lebih baik daripada kelompok perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena senyawa yang terkandung di dalamnya memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi dan antibakterial. Ketiga aktivitas yang dimiliki tersebut akan bersinergi dalam proses kesembuhan luka. Pemberian salep EGCG 4% selama 14 hari pada luka bakar derajat II dapat mempercepat proses kesembuhan luka yang ditandai dengan perbaikan re-epitelisasi, deposisi kolagen, infiltrasi PMN pada area luka, dan angiogenesis.
Penyembuhan dan perbaikan jaringan pada luka bakar dianggap sebagai proses kompleks yang melibatkan proses inflamasi, pembentukan jaringan granulasi, dan perbaikan jaringan. Stres oksidatif memainkan peran penting dalam keterlambatan penyembuhan luka bakar dan berkontribusi pada hasil penyembuhan yang tidak baik.
Pengobatan dengan antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri dapat memperkuat mekanisme pertahanan antioksidan seluler, dapat mengurangi kerusakan jaringan yang diperantarai oleh radikal bebas, sehingga dapat meminimalkan kerusakan jaringan selama proses kesembuhan luka bakar dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) adalah senyawa polifenol utama teh hijau dan diduga dapat berkontribusi dalam proses perbaikan luka bakar dan bekas luka. Epigallocatechin-3-gallate memiliki efek potensial pada kontraksi luka selama proses kesembuhan luka. Epigallocatechin-3-gallate menghambat faktor-kβ dan aktivator protein 1 dalam fibroblas kulit. Selain itu, EGCG memiliki aktivitas memodifikasi pensinyalan transforming growth factor β (TGF-β) yang menekan reseptor TGF-β. Hal ini akan mengurangi ekspresi matrix metalloproteinase-2 (MMP-2) dan MMP-1.
Matrix metalloproteinase-2 adalah enzim yang berfungsi mendegradasi matriks ekstraseluler, dan peningkatannya berhubungan dengan gangguan proses penyembuhan luka. Epigallocatechin-3-gallate dapat menurunkan regulasi sintesis kolagen tipe-1. Semua mekanisme ini menjadikan EGCG sebagai faktor anti-jaringan parut yang potensial pada proses kesembuhan luka, termasuk luka bakar.
Epicatechin, Epicatechin gallate, Epigallocatechin, dan Epigallocatechin gallate adalah senyawa kunci yang memiliki aktivitas anti-oksidan, dan terbukti dapat meningkatkan volume kolagen selama proses penyembuhkan luka. Epigallocatechin gallate juga telah digunakan sebagai agen untuk menstimulasi pembentukan keratinosit. Selain itu, aktivitas anti-fibrogeniknya juga telah dikonfirmasi dalam beberapa hewan model penelitian.
Efek menguntungkan dari penggunaan EGCG adalah kualitas penyembuhan luka yang baik karena memiliki efek peningkatan pertumbuhan endotel pembuluh darah, percepatan pembentukan pembuluh darah, dan peningkatan oksida nitrat dan siklooksigenase. Keberadaan pembuluh darah di area sekitar luka dapat membantu distribusi nutrisi ke dalam sel dan berkontribusi dalam percepatan proses penyembuhan luka.
Epigalocatechin gallate diduga sebagai agen ekspresif untuk gen faktor pertumbuhan jaringan ikat dan regulator penghambatan ekspresi gen kolagen. Aktivitas lainnya adalah mempengaruhi produksi dan diferensiasi miofibroblas, pertumbuhan jaringan ikat, dan klasifikasi regulasi kolagen telah terbukti. Perbaikan yang terjadi secara signifikan dalam re-epitelisasi, deposisi kolagen, inflamasi dan angiogenesis terjadi pada pemberian salep dengan konsentrasi 4%. EGCG memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk terapi untuk perawatan luka bakar. (*)
Penulis : Wiwik Misaco Yuniarti and Bambang Sektiari Lukiswanto
Informasi detail riset tersebut dapat dilihat pada tulisan kami di :
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet. DOI : 10.19087/jveteriner.2019.20.1.1
Wiwik Misaco Yuniarti dan Bambang sektiari Lukiswanto. 2019. Potensi Salep Epigallocatechin gallate terhadap Proses Kesembuhan Luka Bakar Derajat II pada Kulit Tikus Putih. Jurnal Veteriner, 1(1):1-7. (Edisi Maret 2019)