UNAIR NEWS – Pada tahun 2017, terdapat kejadian luar biasa di beberapa provinsi yaitu difteri (infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan). Pesatnya perkembangan teknologi penggunaan biopathogen dalam upaya terorisme merupakan ancaman baru yang bersifat zoonosis. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam kegiatan Infectious Diseases, Bio-threads, and Military Medicine (INSBIOMM) yang berlangsung di Garuda Mukti Gedung Manajemen lantai 5 Kampus C UNAIR memaparkan beberapa bahaya serta usaha yang dapat dilakukan guna mengurangi atau bahkan menghambat penyebaran penyakit.
Dalam paparannya, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) yang diwakili oleh drg. R. Vensya Sitohang M.Epi yang menjabat sebagai Director Surveilans and Helath Quarantine Kemenkes mengungkapkan terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam penyebaran penyakit, diantaranya manusia, hewan dan lingkungan.
“Tiga faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit adalah manusia, hewan dan lingkungan termaksud keterkaitan antara tiga faktor tersebut, ” ungkap drg Vensya.
Lebih lanjut drg Vensya mengatakan, perkembangan teknologi dan pesatnya laju pertumbuhan transportasi baik darat, laut maupun udara serta mengikatnya perdagangan Internasional ikut mendorong pesatnya penyebaran penyakit.
“Indonesia memiliki lebih dari 300 pintu masuk antarnegara sehingga meningkatkan pergerakan manusia dan hewan yang melintasi perbatasan negara dan memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran penyakit,” tambahnya.
Lanjut Drg Vensya, pencegahan dan penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas to detect, to response dan to prevent sebagai bentuk kewaspadaan. “Peyebaran penyakit dapat dicegah dengan meningkatkan kapasitas to detect and to response sebagai bentuk kewaspadaan dini, serta to prevent sebagai bentuk kesiapsiagaan,” ucapnya.
Terakhir, drg Vensya berharap agar semua pihak berperan memperkuat kapasitas laboratorium untuk mendeteksi penyakit namun tetap memperhatikan keamanan dan kesehatan.
“Harapan kami saudara dapat berperan dalam memperkuat kapasitas laboratorium untuk deteksi penyakit namun tetap memperhatikan keamanan dan kesehatan,” pungkasnya. (*)
Penulis : Faisal Dika Utama
Editor : Khefti Al Mawalia