Jika bank konvensional adalah bank yang digunakan untuk menyimpan uang, maka bank sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah padat yang bisa digunakan kembali dan didaur ulang. Pada umumnya, bank sampah konvensional bersifat pasif karena orang-orang harus datang ke bank untuk menyerahkan sampah mereka. Lalu, seberapa besar kemungkinan dan efektivitas bank sampah apabila penggunaan aplikasi untuk mengumpulkan sampah diterapkan?
Bank sampah berfungsi untuk menampung sampah padat dari nasabah dan pihak bank dapat menjual sampah tersebut langsung ke pembeli sampah atau menyimpannya selama beberapa waktu untuk dijual dengan harga lebih tinggi. Karena bank sampah tidak memiliki tempat yang cukup untuk penyimpanan, pihak bank harus menjualnya ke kolektor sampah begitu operasi rutin bank selesai. Inilah mengapa banyak bank sampah tidak dapat beroperasi setiap hari; terbatasnya tempat untuk menyimpan sampah dan kolektor tidak bisa datang setiap hari untuk membeli sampah.
Sebuah penelitian untuk mengetahui kemungkinan penggunaan aplikasi Android untuk mengumpulkan sampah yang dapat digunakan lagi dan didaur ulang dilakukan di RW 5 Kelurahan Gundih, Surabaya. Area ini dipilih karena kelurahan Gundih terdiri dari 10 RW dengan total 6.090 unit rumah dan 87 RT, di mana tiap RT terdiri dari 70 KK. Selain itu, RW 5 dipilih sebagai area penelitian karena terdiri dari 15 RT.
Area cakupan bank sampah umumnya hanya dalam wilayah RT. Hal ini disebabkan keengganan pelanggan untuk membawa sampah jauh-jauh atau di luar wilayah RT mereka. Padahal, menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 13/2012, satu bank sampah seharusnya mencakup area satu kelurahan.
Pengelolaan bank sampah di Kelurahan Gundih adalah yang terbaik di Surabaya karena kelurahan ini merupakan tempat RT-RT juara Kejuaraan Surabaya Green and Clean. Terdapat 7 bank sampah besar di Kelurahan Gundih dan 6 di antaranya masih beroperasi.
Bank sampah berperan penting untuk mengurangi jumlah sampah padat di Surabaya. Hal ini disebabkan oleh adanya pencampuran sampah dalam pengangkutan ke TPS. Walaupun pemisahan sampah padat sudah dilaksanakan dengan baik di Surabaya, sampah padat akan tercampur lagi dengan sampah lainnya ketika dipindahkan karena truk pengangkut sampah tidak dedesain untuk menampung sampah secara terpisah. Pencampuran ini mempersulit proses pemilahan sampah padat yang bisa digunakan kembali dan didaur ulang. Bahkan, sampah padat akhirnya bisa terbuang.
Bank sampah yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Tanjung Mandiri yang menggunakan gerobak roda tiga yang disediakan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Surabaya. Gerobak roda tiga digunakan untuk membawa sampah rumah tangga untuk bank sampah dengan area cakupan yang tidak lebih dari sekelurahan. Penelitian ini juga melibatkan 80 responden yang merupakan warga RW 5 Kelurahan Gundih, Surabaya.
Berdasarkan survey yang dilakukan, penjualan minimum dari nasabah adalah Rp12.000,00 per bulan. Penjualan ini mencakup sampah seperti plastic bening, plastic berwarna, sampah kertas, kertas HVS, kardus, dan kaca. Jika jam kerja bank sampah diasumsikan 8 jam dengan istirahat satu jam, dimulai dari jam 8 pagi hingga 4 sore dan ada 40 rumah yang didatangi untuk pengambilan sampah, maka pendapatan per bulannya adalah Rp3.960.000,00.
Sementara itu, biaya operasional dan pemeliharaan satu gerobak sampah adalah Rp9.210.000,00. Pengeluaran ini mencakup upah pekerja, bensin, dan biaya operasional serta pemeliharaan. Artinya, sistem ini tidak berfungsi dengan baik karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.
Untuk meningkatkan pendapatan, salah satu caranya adalah menambah jam kerja menjadi 10 jam per hari, mulai dari jam 7 pagi hingga 6 sore dengan waktu istirahat dua jam, serta menjadikan Sabtu dan Minggu sebagai hari kerja. Dengan cara ini, jumlah rumah yang bisa didatangi bertambah menjadi 60 rumah dan pemasukan bisa meningkat menjadi Rp18.360.000,00. Pengeluarannya pun tidak bertambah banyak, yaitu Rp9.960.000,00 per bulan.
Dengan menambah jam kerja, keuntungan bank sampah bisa mencapai Rp8.400.000,00 per bulan. Jika jumlah gerobak Bank Sampah Tanjung Mandiri ditambah menjadi dua, keuntungannya bisa mencapai Rp22.300.000,00.
Selain menanyakan tentang keanggotaan dalam bank sampahdan kuantitas serta jenis sampah yang disetorkan ke bank sampah, survey yang dilakukan dengan para responden juga menanyakan tentang penggunaan ponsel Android dan pendapat mengenai pengelolaan sampah melalui aplikasi Android.
Penelitian ini tidak ditujukan untuk membuat aplikasi tersebut, tetapi untuk mencari tahu kemungkinan finansial akan pengembangan aplikasi Android untuk pengelolaan bank sampah yang proaktif. Dari studi kasus di RW 5 Kelurahan Gundih ini, dapat diketahui bahwa sistem Bank Sampah Tanjung Mandiri bisa lebih efektif jika pengumpulan sampah dilakukan setiap hari dari rumah-ke rumah mulai dari jam 7 pagi hingga 6 sore. (*)
Penulis: Nurina Fitriani
Informasi detail riset tersebut dapat dilihat pada tulisan di :http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9344&iid=268&jid=4