Pengembangan obat-obatan yang berasal dari sumber daya alam utamanya hewani masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan sumber daya alam hayati. Indonesia memiliki Rusa dengan berbagai jenis varian dari seluruh bagian kepulauan. Rusa Kalimantan Timur ini dipilih sebagai bahan dasar hewan yang diteliti sebagai salah satu sumber bahan obat alami Indonesia yang konon secara empirik dan penelitian terdahulu diklaim memiliki banyak khasiat untuk pengobatan. Khasiat terapi tersebut dimungkinkan karena adanya kandungan mineral dan asam amino seperti asam aspartat, asam glutamat, glisin dan arginin sebesar 32,5-37,2% dari total asam, serta kandungan polipeptida, protein, polisakarida, asam lemak dan fosfolipidnya. Selain itu beberapa data terdahulu menunjukkan tanduk rusa memiliki komponen bioaktif, dan memiliki potensi untuk memberikan beberapa efek farmakologis. Hal inilah yang ingin diteliti lebih lanjut agar hasil riset sumber daya tanduk rusa dapat menjadi inisiator praformulasi obat yang menghasilkan efek farmakologis lebih besar.
Tanduk rusa telah diklaim memiliki banyak manfaat medis. Di Cina, tanduk rusa ini diklaim untuk memperkuat kejantanan, tulang, memelihara aliran darah dan meningkatkan vitalitas serta mengembalikan fungsi seksual pria dan wanita. Meskipun bukti keilmuan dibalik klaim ini masih belum terbukti, namun tanduk rusa menunjukkan efek positif potensial pada penyakit modern seperti yang terkait dengan penuaan, infeksi, dan disfungsi kekebalan tubuh. Namun, mekanisme aksi dan senyawa bioaktif yang bertanggung jawab dari sumber daya hewani tanduk rusa ini sebagian besar tidak jelas.
Senyawa bahan kimia aktif tanduk rusa diduga memiliki perbedaan dalam komposisi kimia yang dikandung. Misalnya, kandungan protein, lipid, abu, kalsium dan kolagen dari bagian ujung tanduk hingga ke bagian lain. Namun bagian tanduk rusa mana yang cocok untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit yang belum diklarifikasi. Selain itu, proses ekstraksi sumber hewani atau tanaman juga berperan besar menghasilkan produk yang berbeda.
Proses ekstraksi tanduk rusa juga berbeda-beda, antara lain dapat dicoba dari ekstraksi tanaman karena telah banyak digunakan yaitu teknik maserasi atau refluks. Oleh karena itu dalam penelitian ini, kami mengekstraksi dan mengevaluasi karakteristik fisik tanduk rusa dari Kalimantan Timur sebagai studi praformulasi untuk menyiapkan proses formulasi obat lebih lanjut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tanduk rusa berhasil disiapkan ekstraknya dengan optimasi metode ekstraksi serta dapat ditentukan karakteristik fisikokimianya. Ekstrak tanduk rusa yang dipelajari sifat fisikokimianya dari 2 ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak etanol 70% dan ekstrak air yang menghasilkan karakteristik berbeda dalam parameter titik leleh, kelarutan, kristalinitas dan kandungan protein. Ekstrak etanol dan ekstrak tanduk rusa air terbukti keduanya mengandung senyawa aktif terpenoid dan steroid serta mengandung protein dalam jumlah tinggi dengan berat molekul yang terkonfirmasi yaitu 17 hingga 43 kDa. Dalam hal pengkristalan, ekstrak etanol dan air terbukti memiliki kisi kristal dengan bentuk dan keteraturannya berbeda.
Dapat disimpulkan, eksplorasi awal potensi ekstrak tanduk rusa direkomendasikan untuk dilanjutkan dalam proses formulasi dan karakterisasi obat in vitro lebih lanjut. Keseluruhan data hasil penelitian ini akan berguna untuk formulasi obat lebih lanjut terutama untuk ketersediaan oral tablet dan kapsul sebagai agen antioksidan ataupun sebagai obat lain yang memiliki khasiat terapi yang diklaimkan.
Penulis : Dewi Melani Hariyadi
Informasi detail riset kami dapat diakses pada http://impactfactor.org/PDF/IJDDT/9/IJDDT,Vol9,Issue2,Article7.pdf
Hariyadi Dewi Melani, Setyawan Dwi, Suciati, Widyowati Retno, Chang Hsin-I, Suryawan IPGN, Utama Agung Widi. 2019. Extraction and Preformulation Study of Deer Antler Velvet Extract: Physical Characterization of Aqueous and Ethanol Extract. International Journal of Drug Delivery Technology, 9(2) 151-159.