Kecurigaan adanya korelasi yang sangat signifikan antara bentuk lengkung rahang atas dan bawah dengan rasio ukuran gigi ternyata tidak benar. Hasil itu didasarkan pada penelitian pada pasien etnis maloklasi Jawa Rumah Sakit Gigi Universitas Airlangga oleh Dr. I Gusti Aju Wahju Ardani, drg., M.Kes. Sp.Ort. (K).
Pengetahuan terhadap hubungan lengkung dari enam gigi-gigi anterior atau depan menjadi salah satu indikator identifikasi penetapan dugaan ganguan atau letak permasalahan pada gigi. Khususnya dalam melihat keberhasilan perawatan pada kasus ketidakharmonisan gigi dan wajah.
Perawatan pada kasus ketidakharmonisan gigi dan wajah itu dapat berhasil jika melakukan beberapa hal. Pertama, koreksi fungsi pengunyahan dan bicara di dalam sistem stomatognatik (sistem pengunyahan). Kedua, mendapatkan estetik gigi dan wajah. Serta, ketiga, memberikan hasil yang stabil.
Bentuk lengkung adalah salah satu komponen penting yang dapat kambuh setelah perawatan ortodontik. Hubungan antara bentuk lengkung dan rasio ukuran gigi perlu dievaluasi. Dengan begitu, itu dapat membantu untuk menentukan perawatan ekstraksi atau non-ekstraksi dalam maloklusi atau kondisi susunan tulang rahang dan gigi yang tidak sejajar atau rata.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara bentuk lengkung rahang atas dan rahang bawah dengan rasio ukuran gigi menggunakan analisis Bolton antara maloklusi Angle Kelas I, Kelas II, dan Kelas III dalam etnis Jawa (p> 0,05) ditemukan. Sedangkan TSR anterior pada maloklusi Angle Kelas I memiliki korelasi yang signifikan dengan inter-CW pada lengkung rahang bawah (p <0,05).
Penulis: Dr. I Gusti Aju Wahju Ardani, drg., M.Kes. Sp.Ort. (K).
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di
I Gusti Aju Wahju Ardani, Dhansha Kannayyah, Ari Triwardhani. 2019. Correlation of maxillary and mandibular arch form and tooth size ratio in ethnic Javanese malocclusion patient. Journal of International Oral Health. 11(2):75-79. DOI: 10.4103/jioh.jioh_8_19