UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Tari dan Karawitan (UKTK) menjadi salah satu wadah yang tepat untuk mengembangkan potensi non-akademik mahasiswa. Begitu pula bagi mahasiswa Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Airlangga (UNAIR) di Banyuwangi. Sama halnya dengan Universitas Airlangga di Surabaya, PSDKU UNAIR juga memiliki Komunitas Minat Bakat (Komikat) mahasiswa di bidang UKTK.
“Jenggirat Tangi” merupakan semboyan khas Banyuwangi yang diemban oleh UKTK sebagai nama resmi komikat mereka. Ada harapan untuk terus berkarya dengan semangat membara di balik filosofi nama “Jenggirat Tangi” yang berarti “beranjak bangun” atau “lekas bangkit” ini.
Kepada UNAIR NEWS (26/3), Fadillah Adim selaku Ketua Umum pertama Komikat UKTK Jenggirat Tangi menjelaskan tujuan dari komikat tersebut. Menurutnya, Komikat UKTK ada untuk memberi tempat bagi mahasiswa PSDKU agar mengeksplor budaya Banyuwangi. Tidak main-main, UKTK Jenggirat Tangi bahkan semangat menghadirkan pelatih langsung dari Sangggar Cak Wan dari Desa Wisata Kemiren setiap minggunya untuk menggali dan mengasah kemampuan mahasiswa yang tergabung di dalam komikat itu.
“Gamelan Banyuwangi itu berbeda dengan Gamelan Jawa; mulai dari alat, ritme, ketukan, dan banyak hal lain. Oleh karena itu kami menghadirkan pelatih yang tepat untuk teman-teman, karena proses pembelajarannya lebih rumit dan lama,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Fadillah.
Perempuan asal Bojonegoro ini berharap, mahasiswa yang tergabung di dalam komikatnya untuk dapat selalu membawakan penampilan secara langsung, bahkan hingga musik karawitan yang digunakan.
“Agar lebih terasa feelnya. Dan ini yang membedakan dengan UKTK Surabaya”, lanjutnya.
Dengan banyaknya acara festival di Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Novi Yusuf selaku Ketua Umum UKTK Jenggirat Tangi periode 2019, berharap UKTK Jenggirat Tangi tidak hanya mengisi acara internal kampus, namun juga untuk menjadi lebih eksis terutama pada acara-acara festival kebudayaan Banyuwangi.
“Ada 3 goals tahun ini, untuk tampil di event Banyuwangi Culture Everyday, mengisi acara festival di Banyuwangi, serta menyelenggarakan lomba seni dan budaya se-Kabupaten Banyuwangi,” tuturnya.
Lomba seni dan budaya yang direncanakan tersebut, lanjutnya, diharapkan menjadi wadah eksistensi bagi mahasiswa yang belum tergabung dalam komikat dan masyarakat secara umum untuk membantu pelestarian budaya Nusantara.
“Pokoknya, slogan kami adalah jangan mengaku cinta tanah air jika tidak berusaha melestarikan budaya nusantara,” pungkasnya. (*)
Penulis: Tsania Ysnaini Mawardi
Editor: Nuri Hermawan