UNAIR NEWS – “Hambatan terbesar menurut saya ialah diri sendiri, apapun itu” ucap Retno Pusalia usai menceritakan perjuangannya selama menempuh studi. Mahasiswa asal Banyuwangi itu berhasil mengakhiri studi S2-nya dengan predikat wisudawan terbaik S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Retno membukukan IPK dengan hasil yang memuaskan yaitu 3,91.
Dalam tugas akhirnya, Retno membuat Tesis dengan judul Coping Strategy terhadap Technostress pada Karyawan IT. Topik technostress yaitu stres yang dikarenakan tekhnologi misalnya ICTs (Information and Communication Technologies).
“Technostress itu simplenya merupakan stress yang dirasakan individu karena teknologi,khususnya teknologi komputer,” jelasnya.
Mahasiswa Sains Manajemen itu menambahkan, saat ini hampir semua perusahaan menggunakan ICTs dalam aspek proses bisnisnya. Terlebih para profesional IT perusahaan. Para profesional IT bergulat penuh dengan ICTs dalam kesehariannya dan cenderung terindikasi mengalami technostress.
Berdasarkan penelitiannya itu, Retno menemukan dua strategi yang dilakukan profesional IT dalam mengatasi technostress. Yaitu fokus pada pengelolaan perilaku dan fokus pada pengelolaan emosi.
”Sebenarnya klasifikasi untuk mengatasi technostress tergantung sumbernya, yaitu techno uncertainty, techno complexity, tehcno overload, dan techno invasion,” tambahnya.
Pada pengelolaan perilaku, lanjut Retno, mereka akan cenderung melakukan hal-hal yang bisa mengubah atau meminimalisir technostress. Sedangkan fokus ke emosi, mereka cenderung menerima saja dan menganggap kalau masalah itu akan selesai dengan sendirinya.
Retno menuturkan, ada hal yang harus diperhatikan ketika menempuh studi S2 yakni memperkuat motivasi dari diri sendiri untuk menyelesaikan setiap hal yang telah dimulai. Karena jika sudah termotivasi maka rencana-rencana akan diusahakan untuk direalisasikan.
Retno mengaku bnyak hal yang diperoleh selama berkuliah. Bukan hanya terkait akademik namun juga bagi kehidupan yang pada akhirnya membuat dirinya dapat mengatakan bahwa motivasi terbaik berasal dari diri sendiri.
“Segala pencapaian atau keputusasaan yang telah dilalui pada akhirnya akan menjadi masa lalu, rasa bahagia, kecewa, dan segala rasa adalah bagian dari cerita kehidupan kita, tetap berprasangka baik pada Tuhan, Tuhan Maha baik kepada kita,” pungkasnya. (*)
Penulis: M. Najib Rahman
Editor: Nuri Hermawan