UNAIR NEWS – Dengan mengenakan pakaian adat Jawa, seluruh jajaran petinggi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga menyambut kedatangan tim dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada Rabu (19/12). Kunjungan itu dilakukan dalam rangka visiting pada pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh untuk masyarakat, RSUA terus memberikan inovasi terbaru setiap tahun. Termasuk mulai dikembangkannya produk pengobatan tradisional. Poli Pengobatan Tradisional (Battra) diresmikan pada 30 Oktober 2015 sebagai salah satu layanan di Rumah Sakit Pendidikan UNAIR.
Sejak dibuka, Poli Battra RS UNAIR memberikan layanan obat-obatan tradisional, jamu, akupunktur, bekam, dan pijat wajah. Poli Battra yang bekerja sama dengan Program Studi (Prodi) Pengobatan Tradisional Fakultas Vokasi UNAIR itu terus melakukan riset, inovasi, dan publikasi.
Dalam risetnya, prodi Battra bersinergi bersama dengan beberapa fakultas dan bidang ilmu di UNAIR. Di antaranya Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Vokasi (FV), dan Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
Bertitik tumpu pada penelitian, pengembangan, serta pendidikan, menjadikan RSUA menjadi faktor penunjang pengembangan Poli Battra sebagai salah satu pioner pengobatan tradisional di Indonesia pada masa depan. Battra juga berkolaborasi dengan start-up buatan inkubator bisnis UNAIR bernama Goolive sebagai upaya mengembangakan pelayanan dan pemberdayaan SDM di Poli Pengobatan Tradisional RSUA.
Dalam kesempatan itu, Direktur RSUA Prof. Dr. Nasronudin,Sp.PD menyebutkan bahwa beberapa karya obat milik civitas akademika UNAIR dihasilkan atas kolaborasi dengan beberapa perusahaan besar. Misalnya, PT Asimas, PT Konimek, PT. Kalbefarma, PT. Indofarma, PUSVETMA, dan Kimia Farma. Termasuk dengan RSUD dr. SOETOMO. Sebagai upaya branding pengobatan tradisional, RSUA juga melibatkan seluruh elemen yang ada di bawah naungannya, termasuk pasien.
Prof. Nasronudin menambahkan, kredibilitas SDM yang dimiliki UNAIR akan menjadi salah satu faktor pendukung pemasaran produk pengobatan tradisional di tengah masyarakat yang masih terdoktrin obat kimia. Ia juga berharap tidak ada lagi embel-embel instansi dalam menyebut merek produk agar diselaraskan menyebut produk milik Indonesia.
”Karena, obat tradisional ini adalah produk dari Indonesia dan milik Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Kementerian Kesehatan Kasubdit Yankestrad Integrasi Republik Indonesia dr. Gita Swisari , MKM mengatakan bahwa Kemenkes akan membuat assessment untuk membantu pelaksanaan pengembangan Poli Battra yang ada di RSUA. ”RS UNAIR di masa depan diharapkan lebih proaktif menjadi rumah sakit dengan strategi tata kelola internasional, namun tetap mengadopsi tata kelola tradisional,” ujarnya.
Penulis: Wiwik Yuni Eryanti Ningrum
Editor: Feri Fenoria