UNAIR NEWS – Guna menerapkan materi yang didapat di kampus secara langsung kepada masyarakat atau Project Based Learning (PjBL), mahasiswa Pendidikan Ners 2015 adakan penyuluhan dan simulasi pertolongan pertama anak tersedak. Kegiatan itu ditujukan untuk orang tua dan guru di TK Bina Tunas Bangsa Surabaya yang berjumlah kurang lebih 40 orang.
Diwawancarai UNAIR NEWS pada Selasa, (27/11) Farhan Ardiansyah menuturkan tujuan kegiatan itu adalah meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai pertolongan pertama pada anak tersedak. Tersedak merupakan kondisi kegawatan yang harus segera mendapatkan pertolongan.
“Kami menggunakan metode simulasi dan penyuluhan agar orang tua dan guru TK lebih mudah memahami bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pertolongan pertama pada anak tersedak,” tambahnya.
Mahasiswa pendidikan Ners angkatan 2015 tersebut mengatakan, tindakan pertolongan pertama pada anak tersedak masih terjadi kesalahpahaman. Seringkali orang tua memberi minum dengan harapan dapat mendorong benda asing masuk ke dalam lambung. Hal itu lanjutnya, tidak dianjurkan karena berisiko masuk ke dalam jalan nafas.
“Apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama dengan benar, benda asing yang tidak segera dikeluarkan akan masuk ke jalan nafas,” tambahnya.
Farhan menuturkan, batuk dan muntah sebagai reaksi tubuh untuk mengeluarkan benda yang tersangkut, sebagian masuk ke paru-paru, yang dapat menimbulkan pneumonia. Selain itu, tersedak dapat mengakibatkan sumbatan pada jalan nafas yang menghambat otak mendapatkan oksigen atau disebut hipoksia. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami kejadian tersedak dan pertolongan pertama yang dapat diberikan dengan benar.
Cara yang benar, lanjut Farhan, harus ditentukan terlebih dahulu jenis sumbatannya. Caranya yaitu dengan menyuruh anak yang tersedak untuk batuk. Jika bisa batuk, maka anak tersebut disuruh untuk membatukkan agar makanan yang tersangkut bisa keluar. Namun jika tidak bisa dan dalam kondisi sadar, bisa dilakukan Heimlich manuver atau dengan metode 5-5. Yaitu lima kali back blow dan lima kali Heimlich manuver.
“Sesuai sama jargon kita. “Tersedak? Ingat 3T. Tetap tenang, tepuk-tepuk, tekan”,” tambahnya.
Farhan melanjutkan, jika anak tersebut dalam kondisi tidak sadar, dianjurkan untuk segera melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dengan titik tumpu di setengah bawah taju pedang. Namun, jika dalam kondisi seorang diri bisa dilakukan satu siklus RJP dan menghubungi 112.
“Peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Respon dan pemaham peserta mengenai materi yang telah diberikan sangat baik dibuktikan dengan peningkatan nilai dari pre test dan post test,” pungkasnya. (*)
Penulis: M. Najib Rahman
Editor: Binti Q. Masruroh