UNAIR NEWS – Salah satu fenomena yang marak terjadi belakangan ini ialah kasus kesehatan mental. Salah satu kasus yang yang terjadi adalah penyakit stress seperti dikutip dari IDN Times pada 7 Oktober 2018. Hasil penelitian National College Health Assessment pada 2014 menunjukan sebanyak 33 persen mahasiswa mengalami depresi dalam menjalani masa perkuliahan.
Hal itu disebabkan tuntutan tugas yang terlampau banyak. Itu secara tidak sadar tersirat bahwa para mahasiswa tersebut sudah tidak lagi sehat. Menurut World Health Organization (WHO), sehat dapat diartikan sebagai keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun social. Tidak hanya terbebas dari penyakit, kelemahan, atau kecacatan.
Seseorang dapat dikatakan sehat secara utuh bila secara fisik dan psikis sehat. Jika fisik seseorang sehat, tapi jiwanya tidak, sama saja seperti orang yang sakit. Sakit secara psikis dapat menggangu kesehatan mental.
Melihat kondisi tersebut, Fakultas Psikologi Univesritas Airlangga mengadakan 3rd International Conference on Psychology in Health, Educational, Social, and Organizational Settings (ICP-HESOS) pada (16-18/11). ICP-HESOS adalah konferensi internasional dua tahunan yang diadakan UNAIR dan Zhejiang University didukung oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), University of Warsaw, University Utara Malaysia, serta bekerja sama dengan Psychofest 2018 (bagian dari BEM FPsi).
Tema yang diambill adalah ”Improving Mental Health and Harmony in Global Community”. Acara turut diikuti oleh lebih dari 130 peserta yang berasal dari berbagai negara. Di antaranya, China, Polandia, Australia, Inggris, Malaysia, Thailand, serta Indonesia.
”Kesehatan mental dan komunitas dirasa sangat tepat dengan kondisi yang ada di masyarakat dewasa ini. Di mana kehadiran komunitas memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan kesehatan mental dengan menciptakan harmoni dalam komunitas,” ucap Dr Rahkman Ardi, ketua panitia acara 3rd ICP-HESOS.
Dr Rahkman menjelaskan dalam menciptakan harmoni itu, diperlukan usaha yang lebih mengingat sifat dari komunitas yang sangat dinamis, spesifik, dan fleksibel. Karena itu, dibutuhkan pendekatan yang up-to-date dan intersektoral.
Dalam konferensi turut menggandeng para akademisi dan praktisi dari berbagai lintas disiplin ilmu. Beberapa, di antaranya adalah Prof Deborah Tumbull, Ph.D., dari Universitas of Adelaide; Prof. Dr. hab. Przamyslaw Tomalski, MA, PhD dari University of Warsaw; dan Prof. Dr. Ma Jianhonng dari Zhejang University.
Bukan hanya dalam bentuk konferensi yang memaparkan hasil-hasil penelitian terkait dengan tema yang ditawarkan. Namun, terdapat serangkaian workshop dengan tema yang bervariasi. Yakni, Improving Information Processing Capacity of Children with Autism by Using TEACCH Approach, Grow Yourself Through Love (Transpersonal Psycgological Approach) di Aula Excellence with Morality FPsi, Kampus B UNAIR.
”Rangkaian acara ICP-HESOS juga mengadakan Gala Dinner di kediaman dinas Wali Kota Surabaya dan ditutup dengan invited symposium serta closing ceremony di Fakultas Psikologi,” ujarnya.
”Hasil strategic meeting dengan pihak Zhejiang University menyepakati bahwa ke depan 4th ICP-HESOS akan dilaksanakan di Zhejiang University, China pada 2020,” imbuh Dr Rahkman. (*)
Penulis: Tunjung Senja Widuri
Editor: Feri Fenoria