UNAIR NEWS – Bencana alam yang terjadi di Palu-Donggala beberapa waktu lalu masih menyisakan pilu. Bencana tak hanya menelan korban jiwa dan merenggut harta benda, dunia pendidikanpun terkena imbasnya. Tak ada lagi pemandangan riuh anak-anak di sekolah. Sebab gedung dan ruang kelas telah rata dengan tanah. Akibatnya, proses pembelajaran dialihkan di tenda-tenda pengungsian untuk sementara waktu.
Melihat kondisi tersebut, Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga mengirimkan tim relawan untuk berangkat ke Palu pada Minggu (04/11). Tim yang beranggotakan dua dosen Fakultas Psikologi, Dr. Achmad Chusairi, Endang Retno Surjaningrum, S.Psi., M.AppPsych bersama dua asisten tersebut berada di Palu hingga Kamis (08/11).
Hal tersebut sebagai bentuk respon dan kepedulian PKPK Psikologi UNAIR terhadap dunia pendidikan di Palu pasca bencana. Bukan hanya bantuan materi, siswa-siswi di Palu tentu juga memerlukan dukungan psikis dari para guru.
Dr. Chusairi selaku ketua tim mengatakan, selama di sana, tim relawan mengemban amanah untuk memberikan bantuan psikososial kepada tenaga pendidik pasca terjadinya bencana.
“Kami tidak memberikan bantuan psikososial langsung. Namun melatih guru-guru sekolah dan tenaga kesehatan untuk dapat memberikan dukungan psikososial,” jelasnya.
Pelatihan tersebut diikuti oleh seluruh guru-guru Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Palu.
“Kita mengedukasi tentang prinsip dan konsep proses dampak psikis terjadi dalam situasi bencana. Selanjutnya, mengajari bentuk dukungan psikososial, mulai dari mengunakan teknik menggambar, teater boneka, teknik relaksasi imagery, dan relaksasi otot,” sebutnya.
Menurutnya, situasi wilayah pasca bencana Palu saat ini relatif aman. Kondisi masyarakat lebih tenang dan aktivitas sehari-hari mulai berjalan normal. Meski begitu, sebagian besar masyarakat masih berada di pegungsian.
Dr. Chusairi mengungkapkan, tidak ada kendala berarti selama mendampingi program pelatihan di sana. Peserta nampak antusias meski belum terbiasa menyusun desain program psikososial. Dengan sabar, Dr. Chusairi bersama tim melakukan pendampingan kepada guru-guru untuk membuat perencanaan.
Walaupun sempat mengalami kesulitan dalam desain program dukungan psikososial, rupanya, para guru menunjukkan pemahaman dan kemampuan yang sesuai dengan harapan tim relawan. Dr. Chusairi menyebutkan, semangat berbagi para guru di Palu sangat tinggi.
“Harapan kita mereka akan mampu mendesain dan melakukan dukungan psikososial bagi para korban sendiri setelah masa rekonstruksi dan recovery,” tutupnya. (*)
Penulis : Zanna Afia Deswari
Editor: Binti Q. Masruroh