UNAIR NEWS – Pada perayaan HUT (Hari Ulang Tahun) Ke-27 Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Departemen Pokja BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga menggelar Seminar Bulan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Bulis) 2018 pada Kamis (1/11). Bertempat di Aula Sumarto FKM, seminar itu mendatangkan dua pembicara.
Mereka adalah Agung Dwi Laksono. S. KM.,M. Kes., selaku Research and Development Center Humanities and Health Management dan Anca Laika selaku ketua Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) UNAIR. Tema yang diambil “Global Expedition for Gold Generation” ditinjau dari segi kesehatan masyarakat.
”Tema ini dipilih dengan tujuan mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa FKM, supaya turut andil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara global melalui ekspedisi,” ujar Muhammad Dicky Alfaridzi, ketua panitia Bulis 2018.
Lelaki yang kerap disapa Dicky tersebut menuturkan, Bulis terdiri atas dua kegiatan. Yakni, social project di Bendul Merisi dan Seminar Bulis.
Social project dilakukan selama satu hari pada (21/10). Wujudnya berupa kegiatan edukasi kepada anak-anak tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selanjutnya, Seminar Bulis diharapkan mampu mengajak peserta, terutama mahasiswa FKM, melihat permasalahan kesehatan secara nyata.
Melalui ekspedisi, dapat diidentifikasi akar penyebab masalah kesehatan tersebut. Bisa jadi karena kebudayaan yang bertolak belakang dengan anjuran kesehatan, rendahnya pendidikan, kurang pelayanan kesehatan, atau ekonomi yang lemah.
Pemaparan materi pertama dijelaskan Agung Dwi Laksono. Dia melakukan riset etnografi kesehatan di beberapa daerah Indonesia. Salah satunya di Desa Tetingi, Kabupaten Gayolues, Provinsi Aceh. Menurut Agung, kebiasaan ibu hamil di Desa Tetingi cukup unik.
”Para ibu hamil tetap melakukan aktivitas fisik seperti mengangkat kayu, menumbuk kopi, dan bekerja di sawah atau ladang karena dipercaya dapat mempermudah kelancaran proses bersalin,” ungkapnya.
Agung berujar, seusai melahirkan, para ibu juga melakukan berbagai ritual. Misalnya, memanggang punggungnya dengan bara api dan memasukan ramuan ke dalam lubang vagina. Menurut dia, patut diingat bahwa kebiasaan seperti itu tidak dapat langsung dihilangkan. Dibutuhkan proses yang panjang dan pendekatan yang berulang.
Berikutnya, sesi kedua diisi Anca Laika yang lebih banyak menceritakan pengalaman sewaktu melakukan ekspedisi di Lombok. Dia melakukan pengabdian masyarakat selama 21 hari di SDN Sambak Dui. Dalam paparanya, Anca mengakui bahwa banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik di sana.
”Tim ekspedisi memberikan donasi tas kepada para siswa, melakukan cek kesehatan, menerapkan hidup bersih seperti gosok gigi rutin, senam, hingga imunisasi,” katanya.
Pada akhir, Anca mengajak seluruh peserta seminar terutama para mahasiswa giat melakukan pengabdian masyarakat. Salah satunya dapat berwujud dalam ekspedisi kesehatan semacam itu. (*)
Penulis: Tunjung Senja Widuri
Editor: Feri Fenoria