UNAIR NEWS – Memberikan trauma healing, pendampingan anak dalam belajar dan mengaji, membantu di pos kesehatan, serta ikut cawe-cawe di dapur umum untuk relawan dan korban, dan membantu assessment. Itulah kiprah mahasiswa Universitas Airlangga sebagai relawan di Palu dan sekitarnya di Sulawesi Tengah, pasca gempa, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 lalu.
Informasi yang diterima unair.news dari Donggala, Kamis (1/11) kemarin, tempat gabungan mahasiswa UNAIR melaksanakan bakti kemanusiaannya, dibenarkan oleh dr. Suwaspodo Henry Wibowo, Sp.And., MARS, Sekretaris Yayasan Ksatria Medika Airlangga (YKMA). Gabungan tersebut terdiri dari BEM, UKM Tanggap Bencana (Mahagana), Pramuka, Menwa, Wanala, dan KSR PMI.
Dengan kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga-nya (RST-KA), YKMA yang didirikan oleh Ikatan Alumni UNAIR itu, memelopori sivitas UNAIR dalam memberikan bantuan kemanusiaan di Sulteng. Otomatis, di kawasan bencana itu, relawan mahasiswa UNAIR juga bergabung dalam aktivitas RST-KA, termasuk dalam RS lapangannya.
Seperti dilaporkan oleh Tirta Muhammad Rizki, komandan Tim Relawan UNAIR yang didampingi Wahyu Setyo Putro (Wadan Tim), aktivitas trauma healing itu dilaksanakan di Dusun Silaru, Desa Sindosa. Sedikitnya diikuti 50 orang korban bencana. Materi kegiatan antara lain asah kreativitas, membuat kerajinan origami, mengadakan beragam lomba untuk anak-anak, pembagian hadiah.
Kemudian kegiatan pendampingan anak, antara lain dilaksanakan di SD Negeri Sindue Tobata 1, yang diikuti rata-rata oleh 47 siswa. Kegiatannya meliputi menggambar secara estafet, belajar membaca, mendongeng, menyanyi, serta permainan-permainan lain sebagai pengusir kejenuhan (ice breaking); misalnya gobak sodor. Biasanya selalu diakhiri pemberian hadiah diantaranya berupa minuman susu.
Pendampingan belajar dan mengaji diberikan di beberapa masjid, yang kebanyakan diikuti oleh pelajar Sekolah Dasar. Selain itu yang cukup menguras tenaga adalah membantu pekerjaan di dapur umum yang menyediakan makanan dan minuman baik untuk relawan dan untuk pengungsi korban bencana.
Pada Pos Kesehatan, aktivitas yang dilakukan oleh para mahasiswa antara lain membantu para tenaga kesehatan dalam melaksanakan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan umum, dan penyuluhan kesehatan gigi. Misalnya seperti yang dilaksanakan di Dusun Silaru dan di Dusun Saloya, yang rata-rata diikuti antara 45 hingga 60 orang.
Kegiatan assessment yang antara lain dilaksanakan di Dusun Silaru di Kab. Donggala, misalnya tentang keadaan fasilitas umum seperti masjid, sekolah SD dan SMP, dan fasum lainnya. Selain itu juga membantu pelaksanaan Training for Trainer (ToT) di balai Desa Batusuya.
ToT ini bekerjasama dengan sebuah lembaga sosial kemanusiaan dan memberikan materi untuk relawan setempat sebagai antisipasi menghadapi bencana, mengenai dapur umum, ploting relawan, trauma healing, logistik, medis, melakukan assessment, dan masalah kepalangmerahan lainnya.
Dari Pos Kesehatan atau RS Lapangan Ksatria Airlangga, diperoleh laporan dari dr. Swastika yang bertugas disana, bahwa keluhan penyakit paling banyak diderita masyarakat adalah ISPA dan ISPA (saluran infeksi pernafasan atas) dan Myalgia (pegal-pegal, linu-linu). Itu seperti yang tercatat di Puskesmas Batusuya, Puskesmas Kayuwuo, Posko Siusu, di Kab. Donggala.
Pasien dewasa juga mendominasi, kebanyakan dewasa perempuan, kemudian disusul anak-anak, juga lansia dan balita. Keterbatasan kelengkapan media masih merupakans alah satu kendala, selain beberapa pasien menolak untuk dirujuk dalam penanganan kesehatan lebih lanjut. Assessment tentang perbaikan jamban keluarga juga menjadi perhatian tim relawan UNAIR. (*)
Penulis: Bambang Bes