Gelar Scolfest, UNAIR Mengajar Diskusikan Problematika Pendidikan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SESI foto bersama Syafii Riza seusai memberikan materi. (Foto: Istimewa)
SESI foto bersama Syafii Riza seusai memberikan materi. (Foto: Denise)

UNAIR NEWS – Hingga sekarang, pendidikan Indonesia masih dijadikan praktik kecurangan bagi sebagian pelajar. Sebagai contoh, aksi nyontek yang kini sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Sekolah sebagai tempat murni dalam menuntut ilmu seakan sirna. Kejujuran hanya bualan belaka, tidak ada konsistensi dari pelajar untuk berlaku jujur.

Scolfest Universitas Airlangga (UNAIR) Mengajar menjawab problematika pendidikan semacam itu melalui seminar nasional bertajuk ”Creative Education: Pendidikan Ala Kids Jaman Now” pada Sabtu (27/10) di Aula Boedi Susetyo Fakultas Hukum (FH), Kampus B UNAIR. Scolfest merupakan singkatan dari Scolah Festival yang memadukan seminar dan beragam lomba inspiratif, mulai mewarnai hingga menggambar, dalam satu acara.

”Dalam proses belajar, kita harus menyelami betul arti pendidikan. Sebagai prioritas utama, pendidikan bukan tentang mencari predikat semata, melainkan sebagai kewajiban dalam berproses,” ungkap Shafyra Amalia Fitriany, ketua pelaksana Scolfest 2018.

Dalam sesi diskusi pertama, pembicara Syafril Rizal selaku Founder Today Solution & Passion Enthusiast memberikan petuah kepada para orang tua supaya tidak memaksakan kehendaknya terhadap anak. Jangan biarkan keegoisan mengelabui para orang tua untuk menjadikan anaknya sesuai dengan apa yang meraka mau. Dengan alasan untuk kebaikan sang anak.

”Apa jadi masalah bila orang tua anak berprofesi sebagai dokter, banker, atau konsultan? Anak harus jadi dirinya sendiri. Best of them and ultimate of them,” tambah Syafril.

Sesi kedua digantikan oleh Mustofa Sam alias Cak Mus, founder Kampoeng Dolanan. Kampoeng Dolanan merupakan salah satu komunitas permainan tradisional di Surabaya. Komuitas tersebut berdiri sebagai upaya untuk menggagas kembali nilai-nilai tradisional dari bangsa Indonesia yang mungkin sudah ditinggalkan.

Menurut Cak Mus, generasi muda perlu mengembangkan minat. Minat adalah dorongan dalam diri seseorang pada objek tertentu. Dia melanjutkan, harus ada pemantik minat untuk memunculkan hasrat itu. Bisa dari para pendidik di sekolah atau orang yang mengedukasi anak dalam suatu kelompok. Setelah itu, biarkan anak mengeksplor minat menjadi suatu kemampuan.

”Biarkan anak menemukan minat mereka layaknya air yang mengalir. Sisakan ruang untuk mereka bebas bergerak menemukan apa yang disukai,” tutur Cak Mus.

Sesi ketiga dijelaskan soal potret kualitas pendidikan Indonesiaoleh Andri Rizki Putra. Bagi founder Yayasan Pemimpin Anak Bangsa & Youtuber itu, kejujuran adalah fondasi utama tegaknya pendidikan. Kejujuran merupakan suara hati yang menggambarkan pribadi manusia itu sendiri.

”Kepandaian bukan segalanya. Manusia ketika menuntut ilmu harus dilandasi dengan kejujuran. Karena, hal ini erat kaitannya dengan integritas seseorang dalam membangun karakter,” ungkap Andri.

Pada akhir, Shafyra berharap semakin banyak orang yang peduli pada dunia pendidikan. Salah satunya melaui kegiatan seperti SCOLAH Festival. Mahasiswa Prodi Sosiologi 2017 itu juga berterima kasihkepada seluruh panitia dan jajaran UNAIR Mengajar yang ikut berkontribusi menyukseskan kegiatan Scolfest. (*)

Penulis: Tunjung Senja Widuri

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).