UNAIR NEWS – Sebanyak delapan mahasiswa Universitas Tadulako, Palu, diterima rektor Universitas Airlangga di ruangannya, Jumat malam (26/10). Ke-delapan mahasiswa itu adalah korban terdampak bencana alam gempa dan tsunami yang menimpa Palu-Donggala, 28 September lalu.
Delapan mahasiswa tersebut telah satu minggu ini menjalani sit in di UNAIR. Mereka berasal dari prodi S1 Ilmu Hukum, S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, dan S1 Akuakultur.
Rektor UNAIR Prof. Moh. Nasih mengatakan, sebanyak delapan mahasiswa Universitas Tadulako sudah berada di Surabaya. Semuanya sudah mengikuti perkuliahan, berjalan lancar, tempat tinggal rata-rata ada semua. Secara keseluruhan, tidak ada kendala teknis.
Semua mahasiswa yang berniat ke UNAIR, lanjutnya, diterima dengan baik. Mereka sudah sit in dengan baik.
“Kami berharap program sit in ini tuntas dan sempurna sampai dengan akhir semester. Sehingga, record akademik mahasiswa bersangkutan bisa kita sampaikan pada Untad,” terang rektor.
Selanjutnya, jika usai sit in mahasiswa yang bersangkutan ingin kuliah di UNAIR dengan sistem transfer kredit, ada mekanisme terkait hal itu. Rektor mengatakan, sepanjang Untad membolehkan untuk transfer kredit di UNAIR, akan difasilitasi.
“Namun untuk dimulai semester ini tidak bisa karena perkuliahan sudah berjalan tengah semester. Semester depan bisa dimulai untuk transfer kredit,” papar guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu.
Terkait biaya perkuliahan sit in di UNAIR, semuanya digratiskan. Sedangkan untuk bantuan pembiayaan sebesar 1 juta dari Dikti untuk korban terdampak bencana Palu-Donggala, hal itu ada mekanisme tertentu.
“Mereka (mahasiswa, Red) yang menjadi miskin mendadak ada mekanisme dari Dikti. Sepanjang persyaratan terpenuhi, Dikti akan membantu,” papar Prof Nasih.
Sementara itu Koko Putra Sikumbang salah satu dari 8 mahasiswa Untad yang sudah satu minggu menjalani sit in di UNAIR menceritakan pengalamannya kepada UNAIR NEWS. Di Untad, mahasiswa asli Palu ini mengambil prodi S1 Ilmu Hukum.
Koko mengatakan, banyak pengalaman yang didapat ketika sit in di UNAIR. Menurutnya, materi dan pengetahuan lebih banyak. Teman-teman ramah dan baik. Ia juga menegaskan bahwa pelayanan UNAIR sangat bagus untuk para mahasiswa Untad. Tidak mempersulit.
Dari sekian banyak kampus yang membuka kesempatan untuk sit in, Koko memilih UNAIR karena beberapa sebab. Di antaranya, karena telah terakreditasi A serta adanya dukungan dari orang tua.
Meskipun tanggal 5 November nanti pemerintah Palu-Donggala mengimbau warganya untuk kembali, namun Koko memiliki rencana untuk menyelesaikan 1 semester sit in di UNAIR.
“Pada 5 November nanti kabarnya perkuliahan di Untad sudah mulai face to face, tapi tidak semua bangunan akan digunakan. Kami juga menunggu dinas pekerjaan umum ngecek bangunan. Kabarnya sudah ada bantuan tenda untuk kegiatan belajar mengajar di sana,” terang Koko.
Meski demikian, ditanya perihal keinginan melanjutkan studi di UNAIR, Koko mengatakan bahwa keinginan itu belum ada.
“Kalau keinginan untuk transfer kredit semester depan di UNAIR, sepertinya tidak ada. Dari awal masuk Untad ditekankan Satu Untad, Satu Nafas, Satu Keluarga. Semester depan saya akan kembali ke sana. Saya sangat berterima kasih kepada UNAIR yang menerima kami berdelapan sebagai mahasiswa sit in dari Untad,” tegasnya.
Terkait tempat tinggal mahasiswa selama sit in di UNAIR, BEM UNAIR memberikan fasilitas untuk mencarikan tempat tinggal. Sehingga, tidak dikhawatirkan perihal tempat tinggal untuk mahasiswa Palu yang berkeinginan untuk sit in di UNAIR. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh