PIH UNAIR – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga mengadakan Kongres VI AFEBI (Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia) mulai Selasa (23/10) sampai Jum’at (26/10). Bertempat di Hotel Sheraton Surabaya, kongres itu dihadiri jajaran pimpinan fakultas penyelengara pendidikan ekonomi dan bisnis seluruh Indonesia.
Kongres AFEBI menjadi ajang diskusi sekaligus penentuan solusi atas problem-problem yang dihadapi FEB. Kali ini kongres tersebut mengangkat tema ”Mewujudkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang Inovatif untuk menghadapi Era Disrupsi”.
Turut hadir sekaligus memberikan paparan beberapa tokoh penting eknomi juga tokoh pemerintahan. Di antaranya, Gubernur Jawa Timur H. Soekarwo, S.H, M.Hum; Direktur HRD Telkom/President FHCI; Direktur Utama PT Angkasa Pura II; dan beberapa tokoh lain.
Ketua Panitia Kongres VI AFEBI Dr. Rudi Purwono, S.E., M.Se., menyatakan bahwa ajang pertemuan tersebut diharapkan menjadi media menelurkan ide-ide serta gagasan visioner dari setiap peserta. Terutama sebagai upaya membuat rumusan terbaik ke depan sebagai panduan seluruh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Indonesia menyongsong tantanag FEB ke depan.
Mengingat, kondisi terkini menunjukkan gejala perubahan-perubahan yang cepat dan spontan. Tantangan-tantang teknologi mengisyaratkan fakultas ekonomi dan bisnis memberikan respons dan berbenah.
Hal tersebut juga disinggung Dekan FEB UNAIR Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak., dalam sambutannya. Laju perkembangan teknologi yang cepat seperti saat ini, sebut dia, turut memengaruhi perubahan sosial masyarakat. Termasuk dalam bidang ekonomi.
”Karena itu, diperlukan pula perubahan dari kita (FEB, Red) untuk mersepons gejala-gejala perubahan tersebut. Khsususnya mendidik mahasiswa dengan jiwa-jiwa inovatif,” ujarnya.
Prof. Dian menyebutkan, kemunculan digital ekonomi saat ini mesti menjadi fokus FEB ke depan. Karena itu, ajang kongres tersebut menjadi sangat penting sebagai upaya merespons hal itu. Khususnya membuat solusi melalui dikusi antar peserta.
”Jadi, menurut saya, saat ini kita tak cukup hanya memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basariyah. Tapi juga, kita harus memperkuat ukhuwah ilmiah kita,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor UNAIR Prof. Muhammad Nasih dalam sambutannya sangat mengapresiasi pelaksanaan Kongres VI AFEBI. Khususnya FEB UNAIR sebagai penitia pelaksana.
Prof. Nasih menyebutkan bahwa FEB menjadi penyumbang jumlah mahasiswa terbesar di beberapa universitas. Seperti halnya di UNAIR, jumlahnya mencapai 20 persen. Atas hal itu, menurut dia, FEB memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan universitas. Yang pada akhirnya juga bakal berpengaruh pada kemajuan sebuah negara.
”Jika kita mampu mengelola sekaligus memberikan pendidikan yang baik, maka universitas akan menjadi baik, pun dengan negara atas kesuksesan para lulusan kita. Begitupun sebaliknya, jika salah, juga menjadi masalah,” sebutnya.
Karena itu, sebut Prof. Nasih, atas perubahan sosial masyarakat saat ini yang penuh kejutan, diperlukan mahasiswa-mahasiswa yang kreatif. Artinya, mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa responsif terhadap kondisi sosial yang terus berubah.
Tugas universitas menciptakan lulusan-lulusan yang demikian. Bukan malah menciptakan lulusan yang bisa menimbulkan problem. Dan pada akhirnya turut memengaruhi perkembangan sebuah negara.
”Kita (universitas, khususnya fakultas ekonomi, Red) harus mendidik dan membiasakan kepada mahasiswa untuk menjadi seorang pembelajar terus menerus. Terbuka terhadap hal-hal luar dan terbaru,” katanya.
Prof. Nasih menyebutkan bahwa kunci semua itu adalah penyiapan manajemen kurikulum yang baik. Itulah kenapa, kata dia, forum tersebut menjadi sangat penting untuk bersama-sama membicarakan tantangan terkini sekaligus bersama-sama membuat sebuah solusi.
”Seperti ungkapan Bu dekan Prof. Dian (FEB) tadi, kita harus terus memperkuat ikatan. Baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basariyah, dan ukhuwah ilmiah,” sebutnya. (*)
Penulis: Feri Fenoria Rifa’i