UNAIR NEWS – Pada zaman ini atau yang lebih dikenal dengan era milenial banyak menimbulkan tantangan bagi para santri. Terlebih, kemajuan tekhnologi mempermudah masyarakat untuk melakukan apapun.
Ditemui UNAIR NEWS di Aula Kahuripan pada Selasa (22/10), Ustadz Afri Andiarto menuturkan, kunci sukses bagi para santri ialah adab dan akhlak. Tidak heran, ketika berada di pesantren santi selalu digembleng mengenai masalah adab dan akhlak yang bagus. Begitu juga ketika santri berada di luar pesantren seperti perguruan tinggi maka nilai utama tersebut harus dibawa.
“Jadi bagaimana mahasiswa santri atau santri mahasiswa yang harus diperhatikan nomer satu ialah mengenai adab,” tambahnya.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alim, tambahnya, adab meliputi berbagai hal. Adab bisa terhadap guru, adab terhadap kawan, adab memperlakukan kitab, adab semangat menuntut ilmu yang tinggi, dan sebagainya.
“Jika seorang santri menjaga karakter utama yang diajarkan di pesantren mau tidak mau santri tersebut akan menjadi santri yang dipandang,” tambahnya.
Kunci sukses yang berikutnya ialah seorang santri harus senantiasa menjaga semangat dalam mencari ilmu. Karena dalam kitab terseut juga dijelaskan seorang santri harus memiliki cita-cita yang tinggi dan semangat yang tinggi.
Di sisi lain, tantangan terbesar bagi santri ialah media sosial. Layaknya kebutuhan, mayoritas orang memiliki media sosial. Oleh karena itu, saat ini santri harus menjadi garda terdepan dalam membawa nuansa islami, nuansa sejuk, maupun nuansa ramah di media sosial.
Untuk seluruh santri terutama mahasiswa santri atau santri mahasiswa di Universitas Airlangga, Ustadz Afri berpesan di era milenial saat ini nilai utama adab dan akhlak harus selalu dijaga. Baik adab kepada guru di pesantren, dosen, teman. Karena hal tersebut merupakan karakter kepribadian seorang santri.
Selain itu, santri juga harus menghadirkan nilai kebaikan atau kemaslahatan di manapun santri berada. Santri yang baik ialah santri yang mampu menjadi penyejuk di dalam setiap keadaan yang mungkin kurang kondusif.
“Teruslah semangat mencari ilmu sampai kapanpun tidak dibatasi oleh wisuda atau hal-hal lain,” tutupnya.
Penulis: M. Najib Rahman
Editor: Nuri Hermawan