KAPAL Rumah Sakit Terapung “Ksatria Airlangga” setelah berlayar 42 jam dari Makasar, Jumat pukul 04.35 WITA berhasil merapat selamat di pelabuhan Pantoloan, Palu. Namun kemudian RST-KA mendapat jatah tugas melayani pasien korban bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala, bersama fasilitas kesehatan yang lain.
Earthquake and tsunami in Palu – Donggala has moved all elements of the nation and the world community, including in Universitas Airlangga community. The academic community from Rector to students continue to make contributions to ease the burden of the casualties of Palu-Donggala disasters.
Rector of Universitas Airlangga Prof. Nasih stated that as one of the best campuses in Indonesia, UNAIR welcomed the appeal of Rector of Tadulako University (Untad), Palu – Central Sulawesi in Indonesian University Rectors’ Council (MRPTN) and the Indonesian Rectors’ Forum (FRI), regarding the application to accept Untad students temporarily to study in various campuses in Indonesia.
Tercatat, sehari setelah gempa terjadi, tim Rumah Sakit Terapung UNAIR langsung bergerak dari Lombok menuju Palu-Donggala. Bahkan, tak berselang lama, dari mahasiswa yang terdiri dari BEM, Mahagana, dan beberapa UKM juga bersiap melakukan persiapan untuk menuju lokasi bencana.
Memang terlihat biasa bagi warga setempat, namun jika hal itu terus berlanjut justru akan mengganggu kesehatan, khususnya pada anak-anak. Menurut Taman, selaku ketua RT Dusun Cepit, keterbatasan akses MCK itu bukan tanpa sebab, selain terkendala dari kondisi perekonomian yang tidak memungkinkan, kondisi ketersediaan air di dusun sangat terbatas.
Mengenai hal itu, Rektor Universitas Airlangga Prof. Nasih menyatakan bahwa sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia, UNAIR menyambut baik himbauan Rektor Universitas Tadulako (Untad), Palu – Sulawesi Tengah