RADIO UNAIR – Kautsar Yarzuqu dan Nimas Ayu, Duta UNAIR 2015 yang terpilih pada 13 November 2015 lalu, adalah mahasiswa program studi Hubungan Internasional 2015. Mereka patut diacungi jempol atas prestasinya sebagai Duta UNAIR hanya tiga bulan setelah resmi menjadi mahasiswa UNAIR.
“Menjadi Duta UNAIR bukan target. Saya juga gak menyangka. Jujur, saya mengikuti ajang pemilihan Duta UNAIR untuk membahagiakan ibu saya,” ujar Nimas saat wawancara di Radio UNAIR, Jumat 4 Maret 2016 lalu.
Keduanya sempat ragu pada awalnya. Alasannya mereka hanya mahasiswa baru dan harus bersaing dengan peserta lain yang kebanyakan adalah angkatan senior. Mereka begitu terpukau melihat para pesaing yang kebanyakan memiliki track record organisasi dan public speaking yang bagus. Beberapa diantaranya juga pernah melakukan study exchange ke luar negeri. Namun, mereka terus berjuang untuk bersaing. Mereka menganggap ini adalah tantangan tersendiri.
Sebelum grand final, ada karantina untuk finalis Duta UNAIR. Ada pengalaman menarik dari keduanya. Kautsar dan Nimas selalu menghabiskan waktu untuk berdiskusi setiap hari menjelang grand final dengan mendatangi stand STMJ yang cukup legendaris di Surabaya.
“Kami ingin menyusun strategi sambil menenangkan diri. Minum STMJ cukup manjur untuk mengurangi ketegangan dan menjadi fit kembali,” jelas Kautsar yang pernah menjadi Duta Wisata Sidoarjo.
Setelah menjadi Duta UNAIR, Nimas dan Kautsar ingin membuat sebuah program gebrakan yang bisa mendekatkan rekan-rekan dari paguyuban Duta UNAIR dan juga seluruh masyarakat civitas akademika yang ada di UNAIR. Tahun ini, Duta UNAIR lebih fokus pada social project. Salah satunya adalah bekerjasama dengan Yayasan Kanker untuk mendukung penderita kanker sehingga memiliki semangat hidup. Selain ingin dekat dengan internal UNAIR, mereka juga ingin dekat dengan masyarakat UNAIR.
Banyak sekali pengalaman dan pelajaran baru yang mereka dapat selama proses pemilihan. “Jangan pernah berkecil hati, setidaknya brave to try dan keluar dari zona nyaman kalian,” saran Nimas. (*)
Penulis: Afifah Nurrosyidah
Editor: Iwan Iwe