Pembedahan pada Skoliosis, Apakah Aman?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Gambar (a) pre op klinis (b) X ray Scoliosis (c) Pasca operasi dengan Pedicle screw

Skoliosis merupakan salah satu kelainan bawaan tulang punggung bengkok anak yang membawa dampak pada krisis kepercayaan diri anak terutama anak gadis pada usia pubertas. Dan kebanyakan kelainan bawaan ini terjadi pada anak perempuan. Bentuk kelainan Skoliosis berupa tulang belakang yang bengkok dan berputar. Bentuk kurva bengkok bisa berbentuk S atau C. Lokasi bengkok dapat terjadi didaerah punggung atau pinggang saja. Perubahan bentuk kurva ini akan menjadi lebih berat seiring dengan kecepatan pertumbuhan. Penyebab scoliosis 80% merupakan idiopathic (tidak diketahui penyebabnya). Tidak semua kondisi bengkok ini memerlukan koreksi dengan alat bantu ataupun koreksi dengan tindakan pembedahan. Bila sudut mencapai 40o atau lebih pada usia awal menstruasi anak gadis atau usia 14 tahun pada anak laki laki, maka kemungkinan besar kondisi tersebut dapat berlanjut menjadi lebih berat. Bila sudut 40o ditemukan saat anak sudah berusia henti pertumbuhan (>17 tahun) maka sudut tersebut tidak akan bertambah, tidak lagi memerlukan tindakan pembedahan.

Penanganan skoliosis didasarkan pada penyebabnya dan progresivitas dari kurva atau derajat bengkoknya. Penanganan konservatif dengan brace dapat diberikan pada kasus dengan kurva 30°-40°.  Untuk kasus dengan sudut >40° atau kasus dimana progresifitas bengkok bertambah dengan cepat maka pembedahan adalah satu satunya jalan keluar. Dampak psikologis akibat bentuk tubuh dan cara jalan yang tidak baik akan diperberat oleh resiko percepatan proses degenerasi pada struktur tulang belakang.

Tidak sedikit orangtua menolak tindakan bedah meluruskan bengkok anaknya karena takut. Ketakutan terhadap kemungkinan anak menjadi lumpuh pasca pembedahan merupakan kendala bagi dokter. RSUD Dr Soetomo melakukan sampai 12 tindakan pembedahan koreksi skoliosis per tahun. Angka ini terlalu rendah bila diasumsikan insiden skoliosis adalah 3-5% populasi anak usia 10-12 tahun di Surabaya, terlebih lagi di Jawa Timur. RSUD Dr Soetomo telah dilengkapi sarana dan dokter spesialis orthopedi spine untuk menangani pembedahan skoliosis, dengan dibiayai BPJS Kesehatan.

Pembedahan pada skoliosis bertujuan untuk membuat keseimbangan tulang belakang, menetralisir sudut bengkok dengan tetap mempertahankan fungsi tulang belakang. Untuk itu dilakukan fusi intersegmental dengan menggunakan rod dan screw yang dipasang pada pedicle setiap segmen tulang belakang baik sisi konkaf maupun konvex. Karenanya setiap titik peletakan screw dan rod untuk menarik kelengkungan tulang harus diperhitungkan dengan tepat sebelum dan saat pembedahan dilakukan. Pemasangan pedicle screw pada tulang belakang dilakukan dengan beberapa teknik untuk keamanan pasien dan keamanan dokter bedah serta semua staf di dalam kamar operasi.

Text Box: c
Text Box: a
Text Box: b

Gambar (a) pre op klinis (b) X ray Scoliosis (c) Pasca operasi dengan Pedicle screw

Pada umumnya peletakan dan posisi sesudah screw dipasang akan dengan mudah dipantau dengan menggunakan alat pencitraan langsung fluoroscopy yang diletakkan di dalam kamar operasi. Alat tersebut berupa tabung X-ray melengkung seperti huruf C sehingga posisi pasien saat pembedahan tidak perlu dirubah, alat fluoroscopy tersebut yang mengelilingi (C-arm). Kelemahan tehnik operasi ini adalah lebih lama dan bahaya paparan radiasi untuk operator dan pasien cukup besar. Dokter bedah dan staf yang berperan saat tindakan fluoroskopi menerima dosis radiasi 43–77 % dari NBD (Nilai Batas Dosis). NBD yang diizinkan untuk pekerja radiasi menurut Keputusan Kepala BAPETEN no.4 Tahun 2013 adalah sebesar 50 mSv/tahun. Untuk setiap pembedahan skoliosis akan dipasang minimal 8 pasang screw dan rod sehingga bila setiap pemasangan dipantau dengan C-arm maka dokter bedah akan terpapar minimal 2 x 2 x 8 x 0,15 mSV (besaran radiasi per kali alat dinyalakan); atau 4,8 mSV per kali operasi; maka bila dilakukan 12x operasi per tahun, sudah melampaui ambang NBD yang diijinkan. Demikian pula tidak sedikit bahaya jangka pangjang untuk pasien yang berada di pusat sebaran radiasi; terutama karena pasien kebanyakan masih anak anak di usia pertumbuhan.

Walaupun RSUD Dr Soetomo memiliki alat C-arm, pembedahan skoliosis diupayakan sesedikit mungkin menggunakan pencitraan di dalam kamar operasi. Kami mengembangkan teknik pemasangan screw dengan memodifikasi teknik Funnel dimana digunakan marker anatomi dan feeler untuk merasakan bahwa instrument masih berada didalam pedicle (pedicle akan terasa solid dan tidak perforasi). Bila terjadi perforasi screw keluar dari pedicle maka dapat terjadi perlukaan pada spinal cord saat perforasi ke medial dan dapat berdampak pada kelumpuhan. Telah dilakukan penelitian terhadap akurasi pembedahan penempatan screw dan rod dengan teknik ini aman di tangan dokter yang berpengalaman dengan akurasi lebih dari 90% untuk daerah punggung dan pinggang, sedangkan makin ke thoracal proksimal akurasi nya menurun, tetapi masih berada dalam safe zone.

Dengan adanya penelitian dan kawalan berbasis bukti diharapkan lebih banyak orangtua yang tidak ragu terhadap keamanan pembedahan pada kasus skoliosis anak dimana memang terdapat indikasi yang kuat. Pembedahan yang aman pada indikasi yang tepat akan memperbaiki kualitas hidup anak skoliosis kembali seperti anak yang lain.

Penulis: Dr. Komang Agung Irianto, dr., Sp.OT(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/1978

(A Case Series of Eight Scoliosis Patients Undergone Pedicle Screw Placement with Freehand Technique: study for Safety and Accuracy)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).