Data BPS (2020) menunjukan bahwa Nilai Ekspor kerapu hidup Indonesia bulan Januari 2020 mencapai USD 1,74 Juta atau 165,87 ton. Saat ini, hongkong merupakan negara tujuan utama ekspor kerapu hidup didunia termasuk negara Indonesia. Menurut data International Trade Center (2018) total nilai import kerapu hidup hongkong dari indonesia dalam periode 2001-2017 rata-rata mencapai 23,77 % dari total nilai impor dunia dan indonesia menempati posisi ke 2 terbesar setelah negara Philipina sebagai penyuplai kerapu hidup ke Hongkong. Namun, Produktivitas dan pertumbuhan ikan kerapu merupakan salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh para pembudidaya kerapu maupun disektor Industri perikanan, dimana dalam permasalahan ini sering kali dikaitkan terhadap biaya yang besar untuk kebutuhan pakan ikan kerapu. Harga pakan komersil yang tinggi mengakibatkan tingginya biaya produksi pakan yang mencapai 60-70 % lebih dari total biaya produksi.
Kebutuhan nutrisi pakan ikan kerapu harus memiliki kandungan protein yang tinggi, karena tergolong hewan karnivora. Kebutuhan protein ikan kerapu berkisar 47,8% hingga 60%. Usaha budidaya ikan kerapu di Indonesia khususnya memang sangat ironis dimana disatu sisi kebutuhan pakan ikan terus tinggi sementara harga pakan ikan komersil pabrikan semakin tak terkendali. Hal tersebut membuka peluang memanfaatkan ikan rucah sebagai pengganti alternative pakan ikan komersil yang dinilai cukup menjanjikan dan dijadikan sebagai “dewa penolong” bagi pembudidaya ikan diberbagai sentra budidaya ikan kerapu. Usaha pakan rucah skala industry rumahan cukup prospektif, selama mampu menjamin ketersediaan bahan baku lokal secara berkesinambungan, sehingga tidak tergantung pada pakan pabrikan yang masih menggunakan bahan pakan impor. Dengan menggunakan bahan baku lokal, atau memanfaatkan limbah ikan rucah tentu harga pakan bisa lebih murah. Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan perspektif pembanding antara ikan rucah terhadap pakan pellet komersil dilihat dari sudut pandang laju pertumbuhan spesifik (SGR), sintasan (SR), rasio konversi pakan (FCR), dan efisiensi pemanfaatan pakan (EPP) dan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) selang kepercayaan 95% (P<0.05). Jika terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Ikan kerapu cantang yang dipelihara dengan padat tebar 400 ekor/m2 selama 30 hari memiliki panjang rata-rata 26,49+0,81 cm dan berat rata-rata 374,27+10,93 gram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan model penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu pellet komersil (P0), ikan rucah beloso (S. tumbil) (P1), ikan rucah kurisi (N. nematophorus) (P2) dan kombinasi ikan rucah campuran (beloso dan kurisi) (P3). Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Perlakuan terbaik adalah masih pada pakan pellet komersil (P0) yang menjadi terbaik, dimana secara kuantitatif berpengaruh nyata menghasilkan pertumbuhan, sintasan dan efisiensi pakan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan ikan rucah lainnya; SGR (0,5618%), SR (85%), FCR (3,69), dan EPP (27,08%). Dilihat dari sisi pertumbuhan ikan, bahwa berat akhir rata-rata ikan kerapu cantang pada perlakuan P0 (462.2+2.84) gram secara signifikan (P<0.05) lebih baik dibandingkan dengan tiga perlakuan lainnya dengan pertambahan bobot mutlak rata-rata sebesar 71.7+0.20 gram. Namun, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapat nilai panjang akhir rata-rata tertinggi pada perlakuan P3 (kombinasi ikan kurisi dan beloso) dibandingkan pakan pellet komersil (P0) yaitu (30.55+2.69) dan pada nilai panjang mutlak rata-rata sebesar 4.04+1.19 gram.
Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan kerapu cantang dalam penelitian tersebut. Namun demikian, tetap ikan rucah beloso (S. tumbil) (P1), dan ikan rucah kurisi (N. nematophorus) (P2) bisa menjadi pakan alternative tambahan atau pakan sampingan yang menjadi pertimbangan dimasa depan yang berguna mengurangi biaya produksi pakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan pellet komersil (P0) memiliki efek positif pada kinerja pertumbuhan, sintasan, efisiensi pakan dan kualitas air pada ikan kerapu cantang (E. fuscogutattus-lanceolatus) (P<0,05). Ikan beloso (S. tumbil), ikan kurisi (N. nematophorus) dan ikan rucah campuran dapat dijadikan sebagai pakan alternatif tambahan atau sampingan karena harga yang relatif terjangkau, namun kedua pakan tersebut tidak membuat pertumbuhan ikan kerapu cantang menjadi lebih cepat.
Penulis: Rozi, S.Pi., M.Biotech
Department of Management of Fish Health and Aquaculture
Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga.
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012069