dr Miftah Masuk Daftar Top 100 Medical and Health Sciences Scientist 2022

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Muhammad Miftahussurur dr MKes SpPD KGEH PhD, Top 100 Medical and Health Sciences Scientist 2022 (foto: detik.com)

UNAIR NEWS – Penghargaan internasional kembali berhasil diraih oleh sivitas akademika Universitas Airlangga. Salah seorang peneliti terbaiknya, Muhammad Miftahussurur dr MKes SpPD KGEH PhD berhasil meraih predikat Top 100 Medical and Health Sciences Scientist 2022 oleh Alper-Doger (AD) Scientific Index. 

Dokter yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor UNAIR Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi tersebut banyak meneliti tentang bakteri helicobacter pylori. “Di mana bakteri itu memberi pengaruh kepada penyakit lambung, baik maag maupun kanker lambung,” ujarnya. 

Selain meneliti mengenai bakteri pada lambung, dr Miftah banyak mengembangkan kajian molekuler epidemiologi, imunologi, dan manajemen terapi. Kajian manajemen terapi utamanya, sangat penting bagi dr Miftah. 

Mengingat, dr Miftah adalah seorang klinisi penyakit dalam. Kurang lengkap rasanya jika tidak mengulas tentang sebuah manajemen tata laksana, seperti manajemen terapi. dr Miftah juga aktif meneliti mengenai mikrobiota. Kegiatan tersebut telah berlangsung sejak tiga atau empat tahun yang lalu.

“Menurut data dan teori yang berkembang, mikrobakteri adalah bakteri lain yang ada di lambung. Karena itu, kemudian saya dan beberapa peneliti lain melakukan riset tentang mikrobiota. Dengan itu juga kami berkeinginan untuk menegaskan kepada masyarakat bahwa UNAIR adalah salah satu pusat utama helicobacter pylori dan mikrobiota,” katanya.

Penelitian Berkesan

Dari ragam penelitiannya, terdapat dua yang paling berkesan bagi dr Miftah. Yakni, sebuah penelitian yang sederhana, serta penelitian pertamanya.

“Ketika menulis tentang molekul epidemiologi helicobacter pylori di Indonesia, penguji saya menganggap tulisan saya sangat sederhana. Kemudian saya mengatakan bahwa peneliti Indonesia sudah banyak yang mempublikasikan tentang helicobacter pylori. Di antara penelitian tersebut, ada data yang tidak sama dan menimbulkan kontroversi,” papar dr Miftah.

Berangkat dari permasalahan itu, dr Miftah kemudian menganggap bahwa data-data penelitian sebelumnya kurang tepat. dr Miftah kembali melakukan penelitian dengan kajian yang sama. Selanjutnya, justru penelitian tersebut menjadi berkembang.

Penelitian pertama dr Miftah juga membuatnya terkesan. Mulanya, tulisan dr Miftah ditolak salah satu lembaga jurnal.  Namun, kemudian diterima oleh lembaga yang lain.

“Tapi, saya merasa tulisan saya itu tidak berharga. Karena pernah tertolak dan kualitas tulisannya tidak begitu bagus, serta sifatnya umum,” ungkap dr Miftah. 

Walaupun dr Miftah tidak begitu puas, namun tulisannya itu menjadi jurnal dengan sitasi yang tertinggi. dr Miftah kemudian mengubah pemikirannya.

“Justru banyak orang menerima jurnal-jurnal yang bersifat umum. Sehingga lebih bermanfaat juga bagi masyarakat, terutama peneliti muda dan peneliti awal,” beber dr Miftah.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp