Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan di Era Pandemi COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh thomasedgerton.net

Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan normal manusia pada umumnya. Pandemi ini menciptakan perubahan besar dalam pemerintahan, ekonomi global, dan sistem perawatan kesehatan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh para ahli kesehatan dan masyarakat demi mengakhiri meningkatnya virus Covid-19. Di beberapa negara termasuk Indonesia, masyarakat diharuskan untuk menerapkan protokol kesehatan sebagai kebiasaan baru. COVID-19 mudah menular  melalui  tetesan kecil (droplet) yang keluar dari hidung atau mulut. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan publik internasional lainnya merekomendasikan penerapan protokol kesehatan dilakukan guna mencegah penularan COVID-19 antar individu dengan menerapkan physical distancing, memakai masker dan cuci tangan menggunakan sabun untuk masyarkat.

Protokol kesehatan yang dilakukan merupakan upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk mencegah semakin luasnya penularan COVID-19. Seseorang dapat tertular COVID-19 saat  menghirup tetesan  kecil (droplet) yang mengandung  virus SARS-Cov 2. Selain itu droplet  juga bsa  menempel pada permukaan  benda yang bisa tersentuh oleh tangan dan masuk melalui mulut  dan  mata. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan masker untuk  menyaring udara yang masuk  ke paru-paru. Sering mencuci tangan juga  dapat mngurangi  resiko penularan virus COVID-19.

Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  di masyarakat  Jawa Timut, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan pada era COVID-19 dapat dipengaruhi  oleh  faktor internal dan  faktor  eksternal. Berdasarkan teori Health  Belief  Model,  ada  beberapa faktor internal yang menyebabkan  masyarakat melakukan  perilaku kesehatan tertentu. Pertama yaitu mengenai perceived susceptibility yang berarti  individu tersebut memiliki pengetahuan dan kesadaran diri akan kerentanannya terhadap penyakit COVID-19. Kesadaran yang dimiliki inilah membuat individu yang bersangkutan akan memiliki melaksanakan pencegahan terhadap penyakit COVID-19 ini. Selain  sadar akan  kerentanan,  mayoritas individu sudah sadar akan manfaat yang didapatkan jika mereka melaksanakan protokol kesehatan. Manfaat yang didapatkan merupakan sesuatu yang akan memicu individu tersebut untuk melaksanakn protokol kesehatan yang diwajibkan pemerintah. Selain itu, terdapat  faktor perceived barrier yaitu  persepsi  individu  terhadap hambatan  yang dihadapi saat melaksanakan  protokol  Kesehatan. Individu yang memiliki persepsi positif untuk mengendalikan situasi dan mengambil tindakan untuk mengatasi hambatan tersebut akan membuat individu yang bersangkutan sadar dan paham akan situasi yang sedang dihadapi. Kesadaran akan hambatan yang akan dialami individu tersebut membuat individu yang bersangkutan mencari solusi untuk mengatasi hambatan tersebut. Self efficacy atau tingkat  kepercayaan  diri  dapat memicu individu tersebut untuk melaksanakan protokol kesehatan. Cues to action atau isyarat yang berupa dukungan dari keluarga, teman, tetangga, tokoh masyarakat, kader kesehatan serta stakeholder pemerintah kepada individu dapat mempengaruhi seseorang  dalam  mematuhi protokol  Kesehatan.

Selain  faktor  internal,  terdapat  faktor eksternal yang dapat mempengaruhi  kepatuhan individu  terhadap protokol kesehatan. Menurut  teori milgram,  Faktor eksternal yang terdiri atas status daerah, status kepala daerah, legitimasi kepala daerah, tanggung jawab personal, dukungan sesama masyarakat dan hubungan kepala daerah dengan masyarakat dapat mempengaruhi  kepatuhan individu  terhadap protokol kesehatan.  Kepala daerah yang dapat menjalankan wewenangnya  dalam merancang kebijakan pencegahan COVID-19 dan adanya  sosok panutan  dalam melaksanakan protokol kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat  terhadap protokol kesehatan.

Menariknya, kepatuhan  masyarakat terhadap protokol kesehatan  lebih didasari oleh faktor internal  yang  didasarkan oleh teori Health  Belief Model. Oleh karena itu, pemangku kebijakan  perlu  meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kerentanan penyakit, dan  manfaat  memahami protokol kesehatan. Dengan  adanya implementasi protokol kesehatan yang baik akan membantu dalam penurunan kasus COVID-19.

Penulis: Dr. Ernawaty, drg., M.Kes.

Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membaca artikel Applying Milgram’s Theory and Health Belief Model in Understanding Compliance to Health Protocols of Covid-19 Pandemic

Link artikel ini dapat diunduh pada: https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/download/7128/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp