Kasus Kekerasan Anak di Brebes, Pakar UNAIR Tekankan Pentingnya Kesehatan Mental Perempuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr Ike Herdiana M Psi, pakar psikologi kepribadian dan sosial Universitas Airlangga (UNAIR). (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu berinisial KU di kabupaten Brebes tempo hari sempat menggegerkan media. Pasalnya, pelaku melakukan percobaan pembunuhan terhadap tiga anaknya dengan kematian pada salah satunya. Spekulasi mengenai gangguan mental pelaku pun bermunculan. 

Kasus di Brebes tersebut merefleksikan bahwa kekerasan terhadap anak dapat dilakukan siapapun. Pelakunya tidak hanya bisa datang dari orang tidak dikenal, tetapi juga keluarga sendiri. Berkaitan dengan ini, Dr Ike Herdiana M Psi, psikolog sekaligus dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), turut memberikan komentar. 

“Ada banyak faktor psikososial yang mendorong kekerasan pada anak terjadi,” ujar Ike.

Faktor-faktor tersebut, lanjut Ike, meliputi adanya tekanan hidup seperti kemiskinan keluarga. Selain itu peran faktor personal juga tidak dapat dinafikan, seperti gangguan kepribadian, trauma, hingga permasalahan psikologis lainnya. Persoalan ini bisa menghinggapi siapa saja, terutama orang tua.

“Pada dasarnya tidak ada orang tua yang akan menyakiti anaknya dalam keadaan normal,” ujar peneliti spesialisasi perempuan, remaja, dan anak tersebut. Namun menurutnya, dengan kondisi psikologis yang kurang baik, kesadaran tersebut berpotensi mendorong orang tua untuk melakukan kekerasan pada anak. 

Berbeda dengan pandangan umum yang melihat figur laki-laki memiliki tendensi kekerasan yang lebih tinggi, potensi kekerasan sejatinya dapat dieksekusi siapa saja dengan faktor penyebab di atas. Termasuk, perempuan yang kebanyakan memegang beberapa peran dalam sistem keluarga.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental bagi Perempuan

Ilustrasi figur perempuan dengan peran dalam keluarga dan masyarakat. (Foto: Forbes)

“Seorang perempuan yang multi-tasking, harus berupaya tetap happy supaya sehat mental,” ujar lulusan doktor Ilmu Psikologi UNAIR tersebut. 

Lanjut Ike, figur perempuan rentan untuk melakukan tugas ganda dalam keluarga sebagai istri dan ibu. Tidak hanya itu, perempuan juga memiliki kiprah yang tak kalah penting dalam masyarakat sebagai aktualisasi diri. Banyaknya peran yang melekat pada perempuan berpotensi meningkatkan tekanan psikologisnya.

Dosen yang pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial UNAIR tersebut menekankan pentingnya mendukung kesehatan mental perempuan. Penyokong kesehatan mental dapat berasal dari sisi internal seorang individu, seperti manajemen stres yang baik dan tergabung dalam komunitas sosial. “Selain itu, adanya sistem pendukung dari keluarga inti, keluarga besar, dan teman juga dapat menguatkan kesehatan mental perempuan,” kuat Ike.

Dari segi lain, alumni Universitas Padjajaran tersebut memaparkan bahwa masyarakat sebetulnya memiliki peran yang sama besar untuk mendukung figur perempuan. Meski menjadi sumber penghasil stigma, masyarakat hendaknya lebih bijaksana dan konstruktif. Hal ini mempertimbangkan peran perempuan yang begitu kompleks dalam keluarga dan masyarakat. (*)

Penulis: Deanita Nurkhalisa

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp