Padhang Bulan, Ritual Bersajak Peringati Hari Puisi Sedunia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Okadenta, Peserta Padhang Bulan, Ketika membacakan puisi Maskumambang karya WS Rendra, di Student Center (SC) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) (21/3/2022). (Foto: Affan Fauzan)

Perayaan Teater Gapus Surabaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR

UNAIR NEWS Untuk membaca tata buku masa lalu, Dan tidak menguasai ilmu. Untuk membaca tata buku masa kini, Maka rencana masa depan Hanyalah spekulasi keinginan Dan angan angan. (Puisi WS. Rendra yang berjudul Maskumambang)

Penggalan itu merupakan salah satu puisi yang dibacakan peserta saat perayaan Padhang Bulan. Kegiatan yang diadakan Teater Gapus Surabaya tersebut terasa spesial sebab dibarengi dengan Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret, tepatnya  Senin (21/3/2022). 

Bertempat di Student Center (SC) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR), peserta Padhang Bulan bebas melakukan apresiasi karya sastra apapun. Acara itu dihadiri anggota Teater Gapus, mahasiswa, serta alumni Teater Gapus.

Padhang Bulan

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Teater Gapus Surabaya Annisa Fitri yang akrab dipanggil Ica mengungkapkan kegiatan Padhang Bulan yang diadakan untuk mengapresiasi puisi maupun karya sastra yang lain.

“Biasanya membaca puisi bersama. Selain baca dan diskusi puisi, bisa juga baca cerpen, baca naskah drama juga, sering juga melakukan musikalisasi puisi,” ujarnya.

Kegiatan Padhang Bulan, sambung Ica, selalu diadakan tepat ketika bulan berada di fase purnama sesuai dengan nama acaranya. Namun, perayaan tersebut tidak selalu bertepatan dengan bulan purnama.

“Jadi, kayak contohnya hari ini. Kita ada Hari Puisi Sedunia itu kita ngadain Padhang Bulan. Termasuk perayaan lain seperti Hari Teater atau perayaan kecil-kecilan pasti diadakan (Padhang Bulan, Red),” tegasnya.

Meilisa, Peserta Padhang Bulan memaparkan sejarah Hari Puisi Sedunia kepada audiens di Student Center (SC) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) (21/3/2022). (Foto: Affan Fauzan)

Bertepatan dengan Hari Puisi Sedunia

Meilisa,salah seorang peserta Padhang Bulan dan anggota Teater Gapus Surabaya,  menjelaskan sejarah dari Hari Puisi Sedunia. Peringatan itu sudah ada pada 1999. Hari Puisi Sedunia hadir karena perhatian UNESCO terhadap penyair, pecinta puisi, seniman untuk saling merayakan.

“UNESCO juga menyebut bahwa peringatan Hari Puisi Sedunia merupakan bentuk ekspresi dan identitas budaya, serta bahasa dari seluruh umat manusia,“ tegasnya.

Mengenai Peringatan di Indonesia, imbuh Meilisa, Hari Puisi Indonesia diadakan pada 28 April, yang bertepatan dengan wafatnya Chairil Anwar. “Kalau di Indonesia tidak diperingati di bulan Maret, melainkan di bulan April. Jadi, di beberapa negara peringatan hari puisinya berbeda-beda,” ucapnya.

Penulis: Affan Fauzan

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp