Ternyata Laboratorium Sederhana Darah Lengkap Dapat Memprediksi Gagal Jantung setelah Serangan Jantung!

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh nabweb.info

Gagal jantung adalah salah satu komplikasi serius dari sindrom koroner akut (SKA), atau yang lebih umum dikenal dengan serangan jantung, dan berhubungan dengan kematian di rumah sakit yang tinggi dan kelangsungan hidup jangka panjang yang buruk. Sebuah penelitian di Inggris yang mengevaluasi prognosis jangka panjang pasien gagal jantung setelah serangan jantung menemukan bahwa gagal jantung onset baru dikaitkan dengan 4 kali peningkatan risiko kematian dalam enam bulan. Selain itu, bahkan dalam kondisi stabil, gagal jantung dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup.

Dengan demikian, sangat penting untuk memprediksi terjadinya gagal jantung pada pasien yang selamat dari serangan jantung. Beberapa peneliti berpendapat bahwa salah satu mekanisme yang memiliki peran penting pada kedua penyakit tersebut adalah inflamasi atau keradangan. Berbagai jenis biomarker inflamasi telah dikembangkan untuk memprediksi luaran penyakit kardiovaskular termasuk SKA, seperti NT pro-BNP dan hs-CRP, sayangnya, di banyak rumah sakit di Indonesia, biomarker ini masih langka dan harga nya yang sangat mahal sehingga sulit digunakan secara praktikal sehari-hari, terlebih lagi di pusat-pusat kesehatan atau rumah sakit tipe D yang berada di daerah-daerah terpencil dimana fasilitas laboratorium masih sangat terbatas.

Oleh karena itu, diperlukan biomarker inflamasi yang murah dan tersedia luas di mana saja. Rasio trombosit terhadap limfosit / platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) adalah penanda inflamasi baru, yang dapat digunakan untuk memprediksi morbiditas dan mortalitas, dan dapat dengan mudah dihitung dari analisis hitung darah lengkap. Studi terbaru menunjukkan bahwa kadar PLR yang lebih tinggi mencerminkan proses peradangan yang lebih besar dan risiko kematian di rumah sakit dan jangka panjang yang lebih tinggi dan kejadian kardiovaskular yang berbahaya pada pasien yang telah mengalami serangan jantung.  Namun dari sepengetahuan kami, belum ada penelitian yang menggunakan PLR untuk memprediksi kejadian gagal jantung setelah serangan jantung.

Pada penelitian orisinil kami yang telah diterbitkan di Medical Science Monitor tahun ini, kami menyelidiki apakah PLR dapat berfungsi sebagai prediktor independen untuk kejadian gagal jantung 6 bulan pada pasien dengan SKA. Penelitian ini dilakukan antara 1 Januari – 31 Desember 2018 di rumah sakit dengan fasilitas terbatas  di Jawa Timur, Indonesia. Kami mengamati pasien-pasien SKA dan mengikuti perjalanannya selama 6 bulan setelah hospitalisasi, dan mencatat kejadian gagal jantung yang terjadi selama masa pengamatan. PLR dihitung dari hasil laboratorium darha lengkap sederhana saat pasien pertama kali dirawat di rumah sakit karena serangan jantung nya. Hasil nya menunjukan bahwa PLR berhubungan kuat dengan kejadian gagal jantung dalam 6 bulan setelah SKA. Dalam analisis multivariat, nilai PLR tinggi ternyata bermakna signifikan secara statistik sebagai prediktor independen untuk kejadian gagal jantung dengan meningkatkan risiko 4,5 kali lipat dibandingkan dengan yang nilai PLR nya rendah.  

Dari penelitian kami, ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata PLR yang bisa dihitung dengan mudah dari pemeriksaan sederhana darah lengkap, dapat digunakan sebagai prediktor independen kejadian gagal jantung 6 bulan setelah SKA, dan dapat bermanfaat sebagai biomarker baru untuk memprediksi hasil SKA, terutama di fasilitas dengan sumber daya terbatas. Tentu hal ini akan membawa banyak manfaat dalam penanganan kasus SKA dan penyakit jantung koroner kedepannya agar dapat mencegah terjadianya gagal jantung dengan penanganan yang lebih optimal.

Penulis: dr. Ryan Intan dan dr. Firas Farisi Alkaff

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada publikasi ilmiah kami di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35232953/

Intan RE, Alkaff FF, Oktaviono YH, Nugraha RA, Octora TN, Jonatan M, Balti DR, Hasibuan FS, Radi B, Santoso A. Retrospective Study of the Association Between Platelet-to-Lymphocyte Ratio in Patients with Acute Coronary Syndrome on Admission to a Rural Referral Center in East Java, Indonesia, and the Incidence of New Symptomatic Heart Failure at 6 Months. Med Sci Monit. 2022 Mar 2;28:e935002.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp