Rasio Neutrofil-Limfost dan Rasio Platelet-Limfosit dapat Membantu Diagnosis Eritema Nodosum Leprosum

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh eScholarship

Eritema nodosum leprosum (ENL) timbul sebagai benjolan berwarna kemerahan yang muncul secara mendadak dan menyakitkan di seluruh tubuh, dapat disertai dengan gejala peradangan sistemik seperti demam. Hal ini terjadi secara khusus pada pasien dengan riwayat kusta tipe multibasiler (MB), baik yang sedang dalam pengobatan maupun tidak. Gejala ENL sering kambuh-kambuhan dan mungkin menetap selama bertahun-tahun, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat berujung dengan kecacatan fisik yang menyebabkan masalah serius dalam kualitas hidup serta beban sosial dan ekonomi.

Indonesia merupakan negara endemik kusta dengan jumlah kasus menempati peringkat ketiga di dunia. Jenis kusta yang banyak ditemui di Indonesia adalah kusta tipe MB. Satu dari tiga pasien kusta MB memiliki kemungkinan mengalami ENL. Sayangnya, diagnosis ENL seringkali hanya dapat bergantung pada keahlian medis para dokter untuk mengenali gejala klinis. Pemeriksaan penunjang yang ada saat ini, seperti pemeriksaan protein fase akut dan biopsi kulit, meskipun dapat membantu menegakkan diagnosis, harganya relatif mahal dan tidak selalu dapat diandalkan. Oleh karena itu, penemuan cara diagnosis ENL terutama pada pasien kusta tipe MB yang akurat dan murah diperlukan.

Metode dan Hasil

Sebuah studi retrospektif cross-sectional dari data yang diperoleh dari rekam medis pasien yang terlihat antara Januari 2018 dan Desember 2020 di Unit Rawat Jalan Kusta Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia dilakukan untuk mencari metode diagnosis ENL. Kelompok pasien yang dipilih adalah pasien berusia 18 tahun ke atas dengan diagnosis pasti kusta MB yang melakukan tes darah lengkap pada hari yang sama dengan diagnosis. Diagnosis kusta MB dibuktikan dengan penemuan enam atau lebih lesi kulit atau penemuan kuman basil tahan asam. Diagnosis ENL ditegakkan secara klinis oleh dokter yang berpengalaman dengan penemuan erupsi mendadak berbentuk papul, nodul, atau plak dengan tiga atau lebih gejala berikut: demam ringan, pembesaran saraf, artritis, limfadenitis, peningkatan hilangnya sensasi atau kekuatan otot, epididimo-orkitis, edema dari ekstremitas atau wajah, hasil pemeriksaan Ryrie atau Ellis positif, serta iridosiklitis atau episkleritis. Pasien dengan HIV, sifilis sekunder, hipertensi, diabetes melitus, riwayat penggunaan steroid atau imunomodulator lainnya dikeluarkan. Izin etik diperoleh dari Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya dengan nomor referensi 0459/LOE/301.4.2/V/2021.

Pemeriksaan darah dari 182 pasien kusta MB yang berkunjung dalam kurun waktu 3 tahun tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara komposisi sel darah putih, terutama neutrofil, dan platelet di antara pasien kusta tipe MB dengan dan tanpa ENL. Nilai tengah dari total sel darah putih pada kelompok ENL (14.820 (4.160-30.330) lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan kelompok non-ENL (7.405 (4.380-21.980). Jumlah neutrofil kelompok ENL (12,355 (3.520-26,840) hampir tiga kali lebih tinggi daripada kelompok non-ENL (4.840 (2.010-19.540)). Nilai tengah platelet pada kelompok ENL adalah 375.000 (229.000-909.000), sedikit lebih tinggi daripada kelompok non-ENL dengan nilai tengah 302.000 (116.000-721.000).

Penelitian ini juga menemukan perbedaan antara nilai tengah dari monosit dan limfosit, meskipun tidak bermakna secara statistik. Nilai Monosit hanya sedikit lebih tinggi pada kasus ENL (775 (210-1,910); nilai p 0,051) sedangkan jumlah limfosit lebih rendah (1,526,82 (±655,57), nilai p 0,159.

Dari penemuan ini, dilakukan pengukuran nilai rasio neutrofil-limfosit (RNL), rasio limfosit-monosit (RLM), dan rasio platelet-limfosit (RPL) yang seringkali digunakan sebagai biomarka dalam berbagai penyakit lain termasuk COVID-19, untuk menilai respons imun sehingga dapat digunakan sebagai metode diagnosis dan prognosis serta penilaian terapi dari berbagai kondisi. Penelitian ini mendapatkan bahwa RNL dan RPL cukup akurat dalam mendiagnosis ENL dengan nilai potong 4,99 untuk RNL (sensitivitas 86,4%, spesifisitas 82,5%, akurasi 82,97%) dan nilai potong 237,46 untuk RPL (sensitivitas 63,6%, spesifisitas 73,1%, akurasi 71,98%). RLM dengan nilai potong 2,28 tidak akurat untuk mendiagnosis ENL (sensitivitas 50%, spesifisitas 28,7%, akurasi 31,32%).

Kesimpulan

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menggunakan tidak hanya RNL tetapi juga RLM dan RPL sebagai biomarka dalam diagnosis ENL. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa RNL dan RPL adalah biomarka yang sensitif dan spesitif serta cukup akurat dalam diagnosis ENL dengan biaya relatif rendah dan tehnik pemeriksaan yang relatif tersedia di berbagai kota di Indonesia. Temuan ini dapat membantu tenaga medis yang belum cukup berpengalaman untuk mendiagnosis ENL secara klinis untuk menegakkan diagnosis, sehingga dapat membantu meningkatkan pengendalian penyakit kusta dan reaksinya, khususnya reaksi tipe 2 atau ENL.

Penulis: Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, SpKK(K)

Informasi lengkap dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://doi.org/10.3390/tropicalmed7030039

Diagnostic Value of Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio, Lymphocyte-to-Monocyte Ratio, and Platelet-to-Lymphocyte Ratio in the Diagnosis of Erythema Nodosum Leprosum: A Retrospective Study

Natalia Tanojo,Damayanti, Budi Utomo, Evy Ervianti, Dwi Murtiastutik, Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Muhammad Yulianto Listiawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp