Prediksi Gagal Ginjal Kronis pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by CNN Indonesia

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis metabolik yang masih diakui sebagai salah satu beban terbesar dalam sistem pelayanan kesehatan maupun kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi diabetes di dunia terus mengalami peningkatan dengan estimasi mencapai 8.8% dari total populasi penduduk usia dewasa pada tahun 2015. Hampir 90-95% kasus diabetes merupakan diabetes tipe II (DT2) yang ditandai oleh gangguan kerja dan sekresi insulin. Peningkatan kadar gula dalam darah diatas normal (hiperglikemia) pada penderita DT2 dapat dicegah dengan obat oral diabetes dan juga modifikasi diet. Secara kronis, hiperglikemia ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit komplikasi diabetes apabila tidak mendapatkan pengobatan secara tepat. Kualitas hidup dan keseluruhan umur harapan hidup penderita diabetes menjadi semakin berkurang, seiring dengan berbagai macam komplikasi baik secara mikro-vaskular (retinopati, nefropati), maupun makro-vaskular (penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongestif, dan stroke) yang terjadi.

Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular yang sering terjadi (30-40%) dari total pasien DT2, yang ditandai oleh rusaknya pembuluh darah kecil dan halus di dalam ginjal. Kerusakan ini umumnya diakibatkan oleh kerusakan glomerulus sebagai penyaring darah akibat tingginya kadar gula darah sehingga struktur ginjal berubah. Akibat kerusakan ginjal ini, protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga masih dapat ditemukan di dalam kandungan urin (mikro-albuminuria). Mikro-albuminuria ini merupakan penanda utama yang paling sering digunakan dalam praktek klinis untuk menentukan kerusakan ginjal pada pasien diabetes. Gejala paling awal dari nefropati adalah munculnya kelainan kadar albumin dalam urin yang berkisar antara 30-300 mg/hari. Temuan mikroalbuminuria juga merupakan sinyal untuk skrining dari potensi komplikasi penyakit vaskular dan juga intervensi agresif untuk mengurangi risiko kardiovaskular.

Model prediksi merupakan alat statistik yang digunakan untuk mengestimasi besarnya probabilitas risiko setiap pasien DT2 terhadap komplikasi yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang. Prediksi hitung untuk komplikasi DT2 yang dikembangkan berdasarkan faktor risiko terjadinya komplikasi sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan alokasi pelayanan kesehatan dan juga pengobatan yang tepat kepada pasien. Faktor risiko yang paling sering digunakan untuk memprediksi kejadian gagal ginjal pada pasien DT2 antara lain: umur, jenis kelamin, durasi diabetes, perilaku merokok, obesitas, hipertensi, kadar kolesterol darah, dan kadar gula darah.

Kecepatan dan keakuratan prediksi dini pada populasi berisiko ini merupakan hal vital untuk mengurangi tingkat kematian akibat diabetes dan komplikasi yang ditimbulkannya. Keterlibatan pasien dalam pencegahan komplikasi dan penggunaan alat prediksi, diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pasien dan menekan biaya pengobatan akibat insidensi diabetes dan komplikasi yang parah. Lebih lanjut, setiap alat prediksi dalam praktik klinis memerlukan evaluasi performa hasil prediksi yang di demonstrasikan diluar populasi pasien saat alat hitung tersebut dikembangkan (validasi eksternal). Prediksi dikatakan sukses apabila alat yang dikembangkan dapat mencapai standar prediksi akurat. Kriteria ini sangat penting mengingat sebuat alat prediksi harus sukses membedakan kelompok risiko tinggi penyakit terhadap kelompok yang berisiko lebih rendah dan atau bahkan tidak berisiko terjadi komplikasi. Selain itu, probabilitas antara hasil prediksi hitung dengan kenyataan hasil observasi terjadi komplikasi juga harus tepat dan sesuai. Validasi secara statistika tidak bisa dilakukan secara langsung, karena harus disesuaikan dengan persamaan matematis yang dikembangkan dengan estimasi risiko relatif secara spesifik.

Alat prediksi yang digunakan untuk skrining kerusakan ginjal pada tahap awal (mikro-albuminuria) maupun gagal ginjal terminal telah banyak dikembangkan di berbagai negara. Performa alat prediksi ini cukup akurat apabila diaplikasikan pada penduduk Asia pada umumnya, dimana hampir sebagian besar prediksi hitung dikembangkan di wilayah Asia sebagai benua dengan populasi diabetes terbesar di dunia. Namun demikian, alat prediksi hitung masih perlu dikembangkan seiring dengan era statistik big data dan machine learning yang memerlukan kompleksitas data di berbagai macam platform media pelayanan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada pengembangan aplikasi prediksi hitung pada aplikasi klinik diantaranya, informasi pengobatan pada setiap pasien DT2, durasi penyakit diabetes dan komplikasinya, stratifikasi keganasan penyakit komplikasi dan pernyataan tingkatan risiko pasien di dalam sistem pelayanan kesehatan yang dituju.

Penulis: Penulis: Sigit Ari Saputro, S.K.M., M.Kes.

Link / Judul Jurnal: External validation of prognostic models for chronic kidney disease among type 2 diabetes

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp