Menyusui Eksklusif, Apa Saja yang Membuatnya Berhasil?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by SehatQ

Menyusui ekslusif menjadi topik yang banyak dibicarakan/disampaikan dibeberapa fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Namun tidak banyak ibu yang tahu secara pasti apa itu menyusui ekslusif. Menyusui ekslusif diartikan sebagai pemberian ASI sejak bayi lahir kedunia hingga bayi berusia 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan apapun termasuk air putih.

Menyusui ekslusif menjadi tantangan tersendiri yang banyak dihadapi ibu saat ini. Mulai dari kurangnya pengetahuan ibu hingga gencarnnya promosi produk susu formula di media sosial yang sering dianggap sebagai faktor penghambat keberhasilan ibu dalam menyusui ekslusif. Padahal menyusui ekslusif menjadi salah salah satu intervensi yang tepat dalam mengatasi permasalahan gizi pada bayi. Pertanyaannya, apa yang mempengaruihi keberhasilan menyusui ekslusif?

Meninjau pentingnya keberhasilan menyusui ekslusif, tim peneliti melakukan pendekatan analitik observasional dan pendekatan case control untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Penelitian ini dilakukan pada 48 ibu dengan bayi usia 6-12 bulan yang menyusui ekslusif dan 72 ibu dengan bayi usia 6-12 bulan yang tidak menyusui ekslusif sebagai sampel control. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling, dimana setiap ibu memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan ibu dalam menyusui ekslusif dan variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, sikap, efikasi diri/self-efficacy, pendidikan kesehatan, inisiasi menyusu dini, rawat gabung, dan promosi susu formula.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner yang terdiri dari instrument pengetahuan, sikap dan BSES-EF, dan wawancara terstruktur yang terdiri dari identitas responden, pemberian ASI, penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang ASI ekslusif, riwayat persalinana ibu, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Puskesmas. Untuk menganalisis keberhasilan menyusui ekslusif, tim peneliti melakukan uji Chi square dari data yang telah diperoleh.

Hasil analisis regresi logistik yang dilakukan secara simultan terhadap 7 variabel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah tidak adanya promosi susu formula dan pengetahuan ibu. Variabel yang tidak mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah sikap, efikasi diri/self-efficacy, pendidikan kesehatan, inisiasi menyusu dini, rooming in/rawat gabung.

Promosi susu formula dapat memunculkan keinginan ibu untuk menghentikan pemberian ASI dan lebih memilih menggunakan susu formula. Kegiatan promosi mempengaruhi perilaku ibu untuk mengenali dan memahami suatu produk susu, sehingga mendorong ibu untuk mencoba dan membeli produk. Semakin sering ibu terpapar promosi susu formula, semakin tinggi angka kegagalan pemberian ASI eksklusif. Perlunya mengontrol promosi susu formula baik secara lisan maupun promosi pada tempat persalinan sebagai poster, kalender yang tertempel, dan paket melahirkan oleh petugas kesehatan yang membantu persalinan.

Pengetahuan merupakan aspek penting yang dibutuhkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif agar dapat memberikan ASI ekslusif. Tingkat pengetahuan yang baik menghasilkan praktik menyusui yang sukses. Pengetahuan ibu tentang menyusui dan susu formula dapat membantu ibu untuk mengambil keputusan tentang metode yang akan digunakan setelah mereka mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing (ASI dan susu formula). Pengetahuan juga menjadi poin kunci terkait pemahaman yang salah terkait pemberian ASI ekslusif.

Pengetahuan ibu yang baik tentang ASI eksklusif dan tidak adanya promosi susu formula selain indikasi medis oleh tenaga kesehatan. Dimana tenaga kesehatan harus selalu mendukung pemberian ASI eksklusif, sekalipun ibu merasa ASInya tidak cukup, ia tetap harus didukung untuk terus menyusui secara eksklusif karena tidak ada makanan yang lebih baik untuk bayi selain ASI. Selain itu, diperlukan pengamatan lebih lanjut, termasuk apakah ibu menyusui memerlukan konseling untuk menentukan pilihannya, terutama alasan tidak menyusui atau proses mengatasi masalah saat menyusui.

Penulis : Amellia Mardhika, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2022012610422634_1059.pdf

Mardhika, A. et al. (2022) ‘Factors of Mother’s Success in Exclusive Breastfeeding’, Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 18(SUPP2), pp. 181–187.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp