Gandeng Dinas Pertanian Banyuwangi, KKN UNAIR Gelar Sosialisasi Manajemen Peternakan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Gandeng Dinas Pertanian Banyuwangi, KKN UNAIR Gelar Sosialisasi Manajemen Peternakan. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Maraknya impor daging sapi di Indonesia menjadi sebuah protes bagi peternak hewan yang ada. Pasalnya, di Indonesia sendiri sudah terakomodir untuk pendapatan daging sapi khususnya sapi potong, dan jumlah pengadaannya pun tidak sedikit. Sebagian peternak telah menyediakan daging siap jual apabila monopoli harga tidak terjadi dikalangan masyarakat.

Namun setelah diusut, penyebab dari minimnya distribusi daging sapi ini berasal dari paradigma atau pola pikir masyarakat yang kurang sesuai dengan konsep peternakan yang ideal. Dalam hal ini, masyarakat hanya menjual hasil ternak ketika mereka butuh, bukan dijadikan ternak secara komersial.

Ternak komersial berlangsung ketika peternak akan menjual ternaknya saat sudah melalui gold timing untuk dijual. Gold timing ini terjadi ketika akumulasi biaya tenaga kerja dan biaya pemeliharan sesuai dengan hasil keuntungan saat ternak siap jual. Hal tersebut menjadi ide program KKN BBM UNAIR ke-65 Kelompok 33 di Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. KKN kali ini menggandeng Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi sebagai pemateri dalam Sosialisasi Manajemen Peternakan di desa tersebut.

“KKN ini digelar dengan latar belakang pemaksimalan pola pikir masyarakat terkait dengan pendistribusian daging sapi yang masih perlu diperbaiki,” ujar Rizky Aditya Pratama selaku ketua KKN.

Beredarnya wacana bahwa Indonesia akan menjadi negara swasembada daging dikarenakan banyaknya populasi sapi yang ada, hal tersebut menjadi sorotan bagi pemerintah dengan diadakannya penyelenggaraan-penyelenggaraan sosialisasi mengenai manajemen peternakan ini. Dalam hal ini, pelaksanaan KKN Kelompok 33 bermaksud mendukung penyebaran pengetahuan tersebut.

Dalam materinya, Suwanto, S.Pt selaku Penyuluh Lapangan Dinas Pertanian Banyuwangi menjelaskan bahwa dalam manajemen peternakan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai manajemen bibit yang baik, persiapan kandang & pakan, perawatan ternak dengan baik, hingga proses panen dan pasca panen berupa penjualan hasil ternak. 

“Kesehatan ternak juga termasuk kedalam manajemen peternakan yang paling penting. Peternak harus mengetahui penyakit musiman dan harian ternak, serta cara pencegahan dan penanganan dari penyakit tersebut,” jelasnya.

Kemudian Adit menambahkan, setelah proses sosialisasi telah dilaksanakan, pihak desa sepakat untuk melanjutkan program yang telah dicanangkan. Dalam hal ini, program yang diselenggarakan adalah BUMDES Peternakan. BUMDES tersebut nantinya akan dikelola sebagai hibah dari desa ke masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

“Pihak desa meminta kami untuk terus memantau perkembangan badan baru tersebut. Dalam hal ini, kami bersama-sama dengan aparat desa serta tenaga kesehatan ternak atau dokter hewan akan terus memantau keberlangsungan BUMDES Peternakan tersebut,” imbuh Adit.

Program ini akan terus berlanjut hingga pasca KKN, Adit dan kesembilan rekannya akan terus melaksanakan pemantauan secara berkala sesuai dengan amanat pihak desa.

“Antusias warga desa sangat terasa dalam program ini, dapat dibuktikan dari keputusan mereka dalam mendirikan sebuah badan pengelolaan peternakan setelah sosialisasi selesai dilaksanakan. Semoga kedepannya BUMDES Peternakan dapat berjalan lancar, dan niat baik yang dimiliki aparat desa dapat tersalurkan sebagaimana mestinya,” ungkap Adit kepada UNAIR News pada Sabtu (19/02/2022).

Penulis: Azka Fauziya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp