Upgrading Fresh Maggot Menjadi Pelet Kelinci, KKN UNAIR Gelar Sosialisasi di Desa Jambewangi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Salah satu warga yang menjemur Maggot. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai secara alami. Sampah yang selama ini dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat, kini dapat dimanfaatkan hingga berdaya jual. Begitulah yang dilaksanakan oleh warga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Warga tersebut menjual sampah organik berupa maggot kepada pembeli untuk pakan rawatan yang dimiliki.

Maggot merupakan larva lalat black soldier fly yang dapat digunakan sebagai pakan alternatif berbagai hewan unggas dan ikan. Pemberdayaan maggot dapat memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat, serta mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya, sehingga jumlah timbunan sampah di TPS dapat berkurang.

Hal tersebut dijadikan ide pemberdayaan masyarakat oleh Kelompok 37 KKN BBM UNAIR ke-65 pada Rabu lalu (16/2/2022). Dalam hal ini, mereka melaksanakan sosialisasi pengolahan maggot menjadi pelet kelinci.

“Mayoritas rumah tangga memiliki rawatan kelinci dengan pemberian pakan kurang layak bagi kelinci tersebut, jadi kami berinisiatif memanfaatkan magot yang dikelola oleh warga untuk pembuatan pellet. Selain sebagai pakan, pellet tersebut juga dapat memiliki daya jual apabila didistribusikan kepada pihak luar oleh warga desa,” jelas Yayang Amru selaku Ketua Pelaksana KKN.

Terdapat kelompok pengolahan maggot dalam desa tersebut, yaitu ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Jambewangi. Kelompok ini sangat antusias ketika mendengar akan dilaksanakannya sosialisasi untuk program yang dicanangkan. Pasalnya, ibu-ibu KWT hanya menjual maggot segar tanpa olahan, sehingga daya jual yang di dapat tidak seberapa. Oleh karenanya, dengan upgrading pengolahan maggot menjadi pelet kelinci akan banyak menguntungkan bagi warga desa dari segi ekonomis.

“Proses pembuatan pelet dari bahan dasar maggot ini dirasa cukup mudah, sehingga warga tidak kesulitan untuk memproduksi pelet secara rutin,” ujar Yayang.

Melihat interaktif ibu-ibu KWT ketika sosialisasi berlangsung, Kelompok 37 berinisiatif memberikan kenang-kenangan berupa penggiling daging untuk digunakan ketika proses pembuatan pellet dilaksanakan. Yayang mengatakan, KWT tersebut sangat memiliki minat untuk melanjutkan edukasi yang diberikan oleh KKN UNAIR.

“Mereka sangat bersyukur dengan diadakannya KKN ini, dan nilai ekonomis yang diberikan juga sangat menjanjikan bagi mereka,” ungkap Yayang.

Pada akhir sosialisasi, Kelompok 37 memberikan catatan komposisi bahan sebagai bekal ketika nantinya pembuatan pellet akan diproduksi kembali oleh warga.

“Semoga edukasi ini bermanfaat dan dapat terus dilanjutkan oleh ibu-ibu KWT dan warga desa, sehingga sosialisasi yang kami laksanakan tidak berlangsung sia-sia,” harap Yayang.

Penulis : Azka Fauziya

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp