Tugas Kita Memberitakan Kemampuan Bangsa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Ada yang berpendapat bahwa sejarah itu ditulis oleh pihak yang berkuasa. Setelah perang dunia II tahun 1945, dunia terbelah menjadi dua kutup, di satu kutup pihak barat – Amerika Serikat dan sekutunya; di pihak lain Uni Sovyet dan sekutunya. Kebetulan media global saat itu dan puluhan tahun setelah itu dikuasai oleh pihak barat. Sehingga semua narasi tentang sejarah dunia di berbagai media termasuk industri film Hollywood tentu dikuasai media barat. Informasi tentang negara-negara yang tidak pro barat tentu dinarasikan jelek. Kondisi itu terjadi sampai sekarang.

Di Ibu Kota Rusia, Moskow pernah diselenggarakan perhelatan tahunan peringatan Kemenangan pihak Uni Sovyet/Rusia melawan Nazi Jerman dalam perang dunia II. Perhelatan itu diselenggarakan dengan pameran kekuatan Rusia saat ini. Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya antara lain mengatakan perlunya sejarah dunia ditulis ulang atau rewrite, karena sebenarnya pihak Uni Sovyet-lah dalam konteks perang dunia II yang paling menderita dan juga yang ikut memenangkannya. Pihak tentara merah Rusia yang masuk pertama kali di Kota Berlin dan itu menjadi titik balik balik hancurnya kekuasaannya Hitler. Pihak Rusia juga yang membebaskan kamp Auschwitz dimana ratusan ribuan warga Yahudi dibunuh oleh pasukan Hitler. Tapi fakta sejarah itu menurut Putin, dimarginalkan oleh barat, sebagai gantinya informasi peranan pasukan sekutu yang ditonjolkan.

Berita-berita tentang negara-negara berkembang seperti Indonesia sejak dulu juga dinarasikan banyak hal negatif ketimbang yang positif. Misalkan baru-baru ini ketika negara Korea Selatan meluncurkan pesawat tempur canggih KAI KF-21 Boramae kerja sama Korea Selatan dengan Indonesia, beritanya lebih banyak fokus pada kemampuan Korea Selatan membuat pesawat tempur canggih. Sementara berita tentang Indonesia sedikit sekali dan hanya berfokus pada ketidaksanggupan Indonesia membayar saham 20 persen dalam kerja sama itu dimana hal ini mendapatkan kritikan keras dari pihak Korea Selatan.

Dalam menangani pandemi Covid-19 saat ini juga terjadi narasi pemberitaan yang berat sebelah. Pihak Amerika Serikat dan Eropa selalu mengunggulkan temuan vaksin mereka dengan berbagai penjelasan ilmiah, dan memarginalkan vaksin temuan Rusia Sputnik V. Putin membela produk Rusia ini berdasarkan pendapat para ahli penyakit menular Universitas Kedokteran Wina dan Ketua Lembaga Penyakit Menular dan Pengobatan Tropis Austria – Florian Thalhammer yang mengakui keunggulan Vaksin Sputnik V. Bahkan Putin menggambarkan bahwa ketangguhan Sputnik V ini seperti senjata serbu buatan Rusian yang terkenal di dunia yakni Avtomat Kalashnikova 47 atau AK 47. Pihak Amerika Serikat juga mengancam negara-negara sekutunya agar tidak membeli vaksin buatan Rusia.

Pernah presiden AS Joe Biden mendesak dunia agar demi keselamatan manusia menghadapi virus mematikan Covid-19 – hak paten vaksin dicabut. Artinya semua negara di dunia berhak untuk memproduksi vaksin di negaranya masing-masing. Desakan Biden ini menjadi perdebatan di Eropa. Kita tidak tahu apakah usulan Biden itu demi ‘kemanusiaan’ atau sebenarnya targetnya adalah vaksin buatan Rusia. Vaksin akhirnya menjadi alat politik global dan ini ditentang oleh pihak WHO.

Di atas adalah contoh bagaimana berita tentang bagaimana negara-negara kuat berusaha mendominasi berita. Sebenarnya masih banyak contoh lainnya.

Kita di Indonesia, menjadi konsumen pertarungan berita-berita global itu dan sering menjadi korban pemberitaan yang bernada negatif. Yang diperlukan bangsa ini adalah rasa kebangsaannya atas kemampuannya sendiri. Tidak harus menafikan berita negatif yang terjadi di negeri ini. Namun hal-hal positif tentang kita juga perlu ditonjolkan. Kalau pihak asing tidak berkehendak memberitakannya, maka itu tugas kita anak bangsa yang memberitakannya. Misalkan dalam berita tentang kerja sama pembuatan pesawat tempur canggih dengan Korea, jarang (hampir tidak ada) berita yang menyebut Indonesia mengirimkan puluhan insinyur hebat di bidang industri dirgantara ke Korea Selatan dan terlibat dalam pembuatan pesawat tempur itu. Di kampus UNAIR kita saksikan banyak karya para penelitinya yang menghasilkan temuan penting di berbagai bidang terutama di bidang kesehatan dan juga vaksin.

Kitalah anak bangsa dimana para Ksatria Airlangga ada di dalamnya berkewajiban untuk memberitakan kemampuan hebat anak bangsa. Karena ini, diperlukan untuk memberi informasi pada generasi baru kita secara seimbang. (*)

Berita Terkait

Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Contributor of Media UNAIR, Alumni of Faculty of Economics Airlangga University’73 and University of London, UK.