Mahasiswa UNAIR Ciptakan Pupuk dari Limbah Udang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mahasiswa UNAIR Ciptakan Pupuk dari Limbah Udang. (Ilustrasi by Tim)

UNAIR NEWS – Empat mahasiswa Universitas Airlangga menghadirkan inovasi pupuk padat dan pupuk cair dari limbah udang atau produk yang bernama POLI UDANG. 

Atas ide itu, Tim Aquafuture atau keempat mahasiswa yang terdiri dari Heri Prasetyoning Tias, Putri Mardhotillah, Cahaya Mahadiva, dan Anggraeni Tirta Sari meraih juara 2 pitch deck nasional dalam ajang kompetisi Hack A farm yang diselenggarakan oleh PT Indmira pada Jumat (28/1/22). 

Pembuangan limbah budidaya udang yang kerap diabaikan melatarbelakangi tim mengambil gagasan tersebut. Meskipun pemerintah sudah menyediakan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Namun, masih banyak petambak yang tidak menerapkannya sehingga dapat mencemari perairan dan membahayakan organisme.

“Sudah banyak pengaduan masyarakat terkait limbah budidaya udang. Apalagi limbah tersebut mengandung senyawa fosfat dan nitrogen yang sifatnya metabolit toksik dan sangat berbahaya,’’ ujar CMO Aquafuture Putri Mardhotillah.

Ia pun menyebut bahwa nitrogen, mengakibatkan ledakan pertumbuhan algae, merusak rantai makanan ekosistem laut  hingga kematian organisme. Putri juga membeberkan bahwa laut indonesia menerima 267 ribu juta ton limbah budidaya udang per 3 bulannya.

Senada dengan hal itu, CEO Aquafuture  Heri Prasetyoning Tias menyampaikan dengan hadirnya Pupuk Olahan Limbah Udang (POLI UDANG) bisa meminimalkan pupuk dari bahan kimia serta bisa menjadi alternatif pupuk subsidi pemerintah. Pupuk padat berukuran 5 kg, sambung Tias,  hanya bisa digunakan untuk lahan pertanian. Sementara pupuk cair berukuran 500 mL dapat digunakan untuk lahan pertanian maupun perikanan. 

“POLI UDANG yang jenis cair ini bermanfaat untuk menumbuhkan pakan alami, fitoplankton, sehingga bisa memudahkan petambak dan petani ikan di Indonesia dalam budidaya,’’ ujar Tias mahasiswa FPK UNAIR.

‘’Produk ini masih akan terus dikembangkan dan dilakukan uji coba. Kedepannya produk ini akan dipasarkan dengan kisaran harga 30.000/botol dan 25.000/karungnya,’’ imbuhnya.

Selanjutnya, tim Aquafuture juga turut mendukung beberapa ketercapaian SDGs, salah satunya SDGs poin ke-14 mengenai life below water yang mendukung keberlangsungan ekosistem laut. Selain itu, juga SDGs poin ke-9 yang mendorong inovasi melalui hubungan dengan industri.

‘’Harapannya, produk ini dapat menjadi pupuk yang efektif dan dipasarkan secara luas sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan limbah budidaya udang yang berkelanjutan,’’ harap Tias dan tim.

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp