Kiat Menulis Ilmiah Populer

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN Indonesia

Pada tanggal 26 Januari 2022 saya mengikuti webinar yang sangat menarik secara daring yang diselenggarakan Senat Akademik Universitas Airlangga. Webinar itu menarik karena membicarakan tentang kiat-kiat menulis yang dikemas dalam Penulisan Ilmiah Populer. Webinar yang diikuti civitas akademika UNAIR itu dibuka oleh Ketua Senat UNAIR Prof. Djoko Santoso dan dimoderatori oleh Prof. Dr. Purnawan dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR. Dua pembicara ahli tampil di acara itu yaitu Sitria Hamid alumnus FISIP UNAIR dari Media Indonesia dan Juneka dari Jawa Pos. Kedua pembicara itu merupakan orang penting yang menyeleksi tulisan-tulisan opini di masing-masing media, layak dimuat atau tidak.

Para guru besar dan dosen di perguruan tinggi seperti UNAIR memang perlu membuat artikel opini secara rutin di media massa sesuai dengan keahliannya. Karena tulisan mereka merupakan representasi eksistensi kampus di masyarakat, termasuk kontribusi mereka yang positif dalam bentuk gagasan, ide, pendapat, maupun diseminasi hasil penelitian mereka. Tulisan-tulisan mereka di media massa juga merupakan kontirubusi yang penting untuk pengembangan peradaban dunia. Yang tidak kalah pentingnya yaitu kontribusi dalam bentuk tulisan itu adalah tanggungjawab sosial dan moral dari insan kampus kepada rakyat dan bangsa Indonesia.

Tapi apakah sulit bagi guru besar dan dosen perguruan tinggi untuk menulis? Tentu tidak karena menulis bagi mereka sudah merupakan sego jangan atau sudah sering dilakukan di kampus. Menulis bagi guru besar dan dosen sudah menjadi fitrah atau DNA mereka sebagai insan akademik. Hanya saja menulis untuk kepenting akademik seperti jurnal baik dalam negeri maupun internasional sangat berbeda dengan menulis gagasan maupun pendapat di media massa. Di penulisan akademik tentu berdasaran kaidah-kaidah akademik. Misalnya harus adanya abstrak, key words, landasan teori yang mendukung tulisan, scientific evidence, penyajian dan analisa data, dan sebagainya. Dan pembaca dari tulisan akademik itu sudah captive market yaitu para akademisi.

Pembaca di media massa adalah masyarakat umum yang memiliki berbagai latar belakang baik pendidikan, tingkat ekonomi, wawasan maupun cara pandang mereka akan suatu masalah. Kalau tulisan opini di media massa terlalu akademis misalkan, maka masyarakat awam akan kebingungan mencerna isi artikel yang bersangkutan dan memutuskan tidak membacanya. Padahal sebenarnya isi pendapat kaum akademisi itu sangat penting bagi masyarakat, misalnya soal pertanyaan publik kenapa sudah vaksin dua kali tapi masih bisa terpapar virus Corona. Analogi hal ini adalah misalkan saya yang berlatar belakang economics by training berbicara di depan pengurus RW yang beragam orangnya, ada orang muda, ada yang sepuh, ada yang tidak pernah sekolah, lalu saya bicara dengan lantang menggunakan istilah-istilah ekonomi misalnya economic growth, inflation, earning per share, dan sebagainya maka tentu audience saya tidak akan memperhatikan pembicaraan saya, bahkan bisa-bisa saya disebut sebagai orang yang sombong, arogan, mentang-mentang sarjana, dan sebagainya.

Karena hal tersebut, maka webinar yang diselenggarakan Senat Akademik UNAIR tentang Penulisan Ilmiah Populer di media itu sangat penting untuk diketahui oleh kalangan civitas akademika. Kedua pembicara dalam webinar sangat piawai dalam menjelaskan kiat-kiat menulis ilmiah populer di koran. Penjelasannya juga menyangkut hal-hal teknis, misalnya bagaimana menulis judul yang baik; bagaimana menulis sebuah lead; bagaimana pemilihan diksi, tulisan harus memuat referensi yang mendukung suatu gagasan; harus tahu siapa audience atau pembacanya, kalimat tidak boleh bertele-tele; tulisan harus ada solusinya; paragaraf tidak boleh terlalu pendek; transisi paragraf harus bagus; jangan mengirim satu artikel untuk dua media; sampai ke hal-hal teknis misalkan harus menyertakan foto, CV singkat, dan nomor rekening bank tentunya.

Setelah webinar itu, kita berdoa dan berharap semoga banyak guru besar dan dosen di lingkungan Universitas Airlangga yang menulis di berbagai media, baik nasional maupun internasional. Menulis bagi insan akademik UNAIR bukan saja dalam rangka memenuhi tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, tapi juga merupakan tanggungjawab menunaikan janji seperti di lirik Hymne Airlangga : Berdharma bakti suci, berjasa mulia.

Berita Terkait

Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Contributor of Media UNAIR, Alumni of Faculty of Economics Airlangga University’73 and University of London, UK.