Kewaspadaan Masyarakat Harus Tetap Terjaga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Para penegak hukum di seluruh dunia terutama yang berhubungan dengan lembaga anti teror sudah paham dengan tipe serangan teror dalam meledakkan bom. Pertama teroris meledakkan bom kecil, berdaya ledak rendah di depan target, misalnya gedung, untuk memancing orang-orang dalam gedung keluar dalam jumlah banyak. Mereka ini melihat tidak ada akibat yang serius karena mungkin ledakan kecil itu ‘petasan’. Mereka ketawa-ketawa sambil selfie. Begitu jumlah orang yang keluar gedung itu bertambah banyak dan lengah, maka teroris meledakkan bom kedua yang berdaya ledak tinggi. Tipe serangan itu pernah terjadi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Afrika dan insiden bom di Pulau Bali.

Tulisan ini tentu bukan soal teknik bom teroris, namun berusaha menggambarkan tentang sikap lengah masyarakat dunia (dan Indonesia) pada saat ini ketika ada serangan belombang ketiga virus Corona dengan varian barunya. Masyarakat Indonesia misalnya, dulu ketika pandemi Corona ini lagi ‘in peak condition’ selalu membaca berita, atau melihat TV tentang perkembangan jumlah kasus terpapar Corona, jumlah korban yang meninggal dan yang sembuh. Masyarakat takut ketika jumlah kematian terus bertambah setiap hari. Kemudian ada kebijakan PSBB dan PPKM serta gerakan pemberian vaksin yang massif, maka kondisi pandemi di Indonesia mulai menurun dan pada saat ini kita kelihatannya lengah seperti analogi serangan bom di atas. Kerumunan masa terjadi lagi, protokol kesehatan melemah, tempat wisata ramai lagi meskipun ada kebijakan PPKM dari pemerintah. Ternyata kita tidak menyadari ada serangan baru virus corona ini yang melanda dunia.

Dalam update epidemiologi 14 Desember 2021 lalu, WHO mengatakan bahwa secara global, insiden mingguan dari kedua kasus dan kematian telah menurun selama seminggu terakhir (6-12 Desember 2021), dengan penurunan masing-masing lima persen dan sepuluh persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Meskipun demikian, ini masih berhubungan dengan lebih dari empat juta kasus baru yang dikonfirmasi dan hanya di bawah 47.000 kematian baru. Wilayah Afrika melaporkan peningkatan 111 persen dalam kasus baru minggu lalu. Pada 12 Desember, hampir 269 juta kasus yang dikonfirmasi dan hampir 5,3 juta kematian telah dilaporkan secara global. Total kasus di seluruh dunia adalah 277.687.256, dengan lebih dari 5,4 juta kematian dan lebih dari 248,9 juta pemulihan. Selama tujuh hari terakhir, kasus baru mingguan di seluruh dunia telah meningkat 15 persen dengan total mingguan 5,0 juta kasus baru. Dari jumlah tersebut, lebih dari 1,2 juta kasus berasal dari AS saja. Ada kasus di 222 negara dan wilayah. Ada 42 negara dengan lebih dari satu juta kasus, dengan 26 di antaranya masing-masing memiliki lebih dari dua juta kasus.

Meningkatnya kasus baru penyebaran dan kematian akibat Corona yang terjadi di beberapa negara di atas antara lain juga disebabkan karena kelengahan yang didasarkan pada alasan-alasan ‘nilai demokrasi’. Di Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan Perancis terjadi demonstrasi besar-besaran masyarakat dan berujung bentrok berdarah dengan aparat keamanan. Mereka menolak keputusan kebijakan pemerintah masing-masing atas kebijakan lockdown dan kebijakan kewajiban vaksin bagi semua warga karena kebijakan-kebijakan itu dianggap melanggar hak asasi mereka. “Hak kami tidak mau menerima vaksin, dan hak kami untuk bepergian kemanapun tanpa mematuhi protokol kesehatan”. Tentu ada juga yang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah itu mengganggu perekonomian. Alhamdulillah, di Indonesia tidak terjadi penolakan seperti itu.

Penyebaran varian baru Omicron di banyak negara juga mulai masuk di Indonesia, meskipun jumlah kasusnya masih dapat dikendalikan. Namun, masyarakat masih terus harus diminta kesadarannya untuk selalu waspada dengan tetap mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan.

Tugas para Ksatria Airlangga dalam hal ini ‘Paramount’ atau sangat penting untuk memberi edukasi bagi masyarakat tentang pandemi ini dan terus melakukan penelitian, menemukan inovasi dalam menghadapi virus mematikan ini. (*)

Berita Terkait

Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Contributor of Media UNAIR, Alumni of Faculty of Economics Airlangga University’73 and University of London, UK.