Kinerja Keberlanjutan pada Industri Semen di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Reoublika co id

Sejak 2019, kapasitas industri semen di Indonesia mencapai 114 juta ton, 70 juta ton di antaranya ditujukan untuk konsumsi dalam negeri. Industri semen melibatkan polusi udara, konsumsi energi, dan emisi CO2 di seluruh dunia, termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel (PM). Provinsi penghasil semen di Sulawesi mengekspor 63.000 ton semen pada Mei 2021. Selama periode yang sama, polusi udara terkait, konsumsi energi, dan emisi CO2 meningkat karena berbagai langkah pembangunan berkelanjutan yang penting bagi industri. Perusahaan-perusahaan di industri perlu membangun ukuran kinerja menuju keberlanjutan. Oleh karena itu, kinerja keberlanjutan perusahaan atau corporate sustainability performance (CSP) penting untuk mengubah cara bisnis beroperasi untuk menciptakan nilai bagi banyak pemangku kepentingan. Namun, industri menghadapi peningkatan persaingan dan tekanan dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Kerangka pengambilan keputusan CSP perlu menyoroti atribut untuk memandu para pemimpin industri dan pembuat kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan.

CSP dapat membantu industri dalam mencapai tujuan bisnis sekaligus melindungi pembangunan berkelanjutan masyarakat dan lingkungan alam. Namun, strategi keberlanjutan tetap diremehkan di banyak sektor dan ekonomi nasional. Salah satunya adalah industri semen di Indonesia yang menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur di tanah air. Indonesia merupakan salah satu dari lima besar produsen semen dunia. CSP tingkat tinggi mengamanatkan keseimbangan antara persyaratan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ini telah disebut ‘triple bottom line’ (TBL).

Menurut hasil penelitian ini, sumber energi merupakan faktor penting untuk CSP di industri semen. Faktor yang diinginkan termasuk sumber energi terbarukan, kontribusi untuk amal, persepsi manajemen terhadap teknologi, dan kesiapan perusahaan untuk berkolaborasi dengan perusahaan teknologi. Faktor-faktor ini dapat membawa manfaat yang tidak terduga tanpa konsekuensi yang merugikan.

Saat ini, industri semen di Indonesia sangat bergantung pada sumber energi berbasis fosil. Sementara industri berusaha untuk mencapai efisiensi energi untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan, langkah-langkah lebih lanjut diperlukan. Misalnya, industri harus menerapkan manajemen energi untuk menghemat penggunaan energi dan mengamankan pasokan energi. Penerapan manajemen energi harus mendorong industri untuk mencari sumber energi terbarukan. Beberapa sumber alternatif dapat dipertimbangkan untuk produksi semen. Misalnya, energi biomassa memanfaatkan bahan ramah lingkungan seperti sekam padi, coco peat, dan limbah tembakau.

CSP juga mengandalkan subdimensi sosial dari kontribusi untuk amal. Perusahaan semen harus berupaya untuk mencapai sinergi antara kegiatan operasinya dengan kepentingan masyarakat setempat. Meski komitmen terhadap masyarakat setempat diatur dengan undang-undang, namun pelaksanaannya seringkali asal-asalan. Kontribusi untuk amal harus terkoordinasi dengan baik, membutuhkan departemen khusus. Di Indonesia, aktivitas sosial tertanam dalam peran sekretaris perusahaan atau manajer sumber daya manusia, menyiratkan kurangnya fokus strategis pada potensi manfaat dari sub-dimensi ini. Pemantauan dan evaluasi kegiatan ini akan memastikan penargetan yang lebih efektif.

Untuk mencapai keberlanjutan, adopsi teknologi baru sangat penting. Hal ini akan berfungsi untuk membedakan perusahaan di pasar. Produk semen dianggap sebagai komoditas dan banyak konsumen yang tidak dapat membedakan antara semen yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan dapat membangun keunggulan khusus dengan memanfaatkan teknologi. Mengurangi limbah produksi atau polusi, misalnya, dapat dicapai melalui adopsi teknologi baru. Persepsi perusahaan tentang teknologi bergantung pada pengalamannya. Perusahaan yang telah beroperasi untuk waktu yang lama cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan keunggulan kompetitif.

Untuk meningkatkan CSP, kesediaan perusahaan untuk bekerja sama dengan perusahaan teknologi tinggi juga penting. Penyebaran teknologi di industri semen tidak terbatas pada manufaktur; semua operasi di sepanjang rantai nilai perusahaan dapat dioptimalkan. Penerapan teknologi memerlukan investasi dan risiko yang signifikan. Kesiapan perusahaan untuk bekerja sama dengan perusahaan teknologi tinggi dapat membantu perusahaan semen mengurangi kemungkinan kegagalan implementasi serta kegagalan investasi. Kolaborasi harus dilakukan dengan perusahaan-perusahaan terkenal dan dapat mengambil berbagai bentuk. Keterlibatan pada tingkat rendah dapat dianalogikan dengan melibatkan bisnis teknologi sebagai konsultan. Keterlibatan yang tinggi meminta bantuan perusahaan lain dalam mengembangkan teknologi baru yang disesuaikan dengan tuntutan perusahaan.

Penulis: Jovi Sulistiawan, S.E., M.SM.

Link Jurnal: Hybrid approach to corporate sustainability performance in Indonesia’s cement industry

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp