Wujudkan Indonesia Bebas Karies 2030, Prof. Rini tekankan Pentingnya Oral Microbiolgy

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Rini Devijanti Ridwan, drg., M.Kes saat menyampaikan orasinya pada pengukuhan guru besar UNAIR pada Rabu (15/12). (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali menggelar kegiatan pengukuhan guru besar pada Rabu (15/12/2021). Dari keempat guru besar yang dikukuhkan, salah satunya yakni Prof. Rini Devijanti Ridwan, drg., M.Kes. Dalam orasinya, Prof. Rini memaparkan mengenai oral atau dental microbiology masa lalu, saat ini, dan masa datang dalam mewujudkan Indonesia bebas karies di tahun 2030.

Oral microbiology atau yang turut dikenal juga dengan dental microbiology, adalah ilmu mengenai penyakit di rongga mulut, khususnya yang disebabkan oleh mikroorganisme. Prof. Rini menuturkan, bahwa kondisi oral atau dental microbiology menjadi penemuan awal adanya mikroba di rongga mulut. 

Melalui oral atau dental microbiology, maka akan didapatkan bentuk dasar dari mikroorganisme rongga mulut. “Bentuknya bervariasi, yakni kokus, batang atau basil, dan juga spiral,” ungkap Prof. Rini.

Kemajuan oral microbiology memberikan pemahaman yang berkesinambungan terkait kondisi rongga mulut. Keadaan tersebut akan memberikan terapi yang lebih spesifik dan proaktif. “Sehingga penyakit gigi dan jaringan periodontal dapat ditangani dengan cepat dan tepat,” ujarnya. 

“Saat ini juga telah banyak penelitian mengenai oral atau dental microbiology. Hal ini menjadi penting, karena perkembangan penelitian tersebut menjadi kiat deteksi dini dan teknik pendekatan baru terhadap penyakit di rongga mulut,” terang guru besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG UNAIR) tersebut.

Penyakit yang paling umum terjadi oleh karena mikroorganisme tersebut, yakni karies gigi dan periodontitis. Karies gigi, menimbulkan adanya infeksi jaringan keras pada gigi. Sementara itu mengenai periodontitis, adalah peradangan pada rongga mulut yang mengakibatkan kehilangan gigi.

“Angka terjadinya periodontitis ini terbilang cukup tinggi, baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, persentase terjadinya penyakit tersebut menyentuh angka 74,1% di Indonesia. Sedangkan di dunia, penyakit ini menduduki peringkat ke-11 sebagai yang paling banyak terjadi,” papar Prof. Rini.

Penyebab dari adanya penyakit periodontitis tersebut yakni berbagai bakteri gram negatif yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Tanella forsythia, dan Fusobacterium nucleatum. “Namun yang utama yakni dari bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis,” ungkap guru besar yang juga pakar biologi oral tersebut.

Proses terjadinya periodontitis dimulai dengan adanya interaksi kompleks antara pathogen dan periodontal, dengan imunitas host. “Hal itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik,” tutupnya.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp