Platelet Rich Plasma sebagai Alternatif Manajemen Nyeri pada Jaringan Lunak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh newradiance.ca

PRP (Platelet Rich Plasma) merupakan plasma darah yang diperkaya zat pembeku darah kaya mediator inflamasi. PRP mulai dikenal masyarakat juga sebagai salah satu alternatif penanganan COVID-19 walau tidak populer. Sesungguhnya PRP mulai digunakan sebagai salah satu alternatif penanganan nyeri sendi lutut sejak awal tahun 2000 tetapi baru diterapkan secara sporadis pada beberapa klinik orthopedi di Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Plasma darah yang digunakan berasal dari individu yang sama (autologus) sehingga terjamin kemurnian dan tidak membawa efek alergi. Zat pembeku darah (Platelet) tidak ada yang ditambahkan, tetapi dikonsentrasikan dengan teknik sentrifugal cepat sehingga mengumpul dan terpisah dari sel/kandungan darah lainnya. Dari setiap 10 cc darah yang diambil, didapatkan 1.5 cc PRP yang harus segera disuntikkan pada area yang memberi rasa nyeri. Prinsip penanganan PRP adalah mediator anti dan pro inflamasi yang dihasilkan akan menetralisir kondisi peradangan di daerah tersebut dengan lebih fokus terarah secara alamiah. Berbeda dengan obat anti nyeri kimiawi yang melulu berupa zat anti saja sehingga saat efek anti tersebut hilang, rasa nyeri akan timbul kembali. PRP bekerja secara komprehensif antara pro dan anti inflamasi yang saling menyeimbangkan dalam proses peradangan tersebut.

Nyeri pada jaringan lunak terutama yang berlangsung kronik merupakan rasa nyeri yang sangat mengganggu dan menurunkan kwalitas hidup seseorang, bahkan mengganggu kinerja seorang pekerja. Pada umumnya rasa nyeri dialami seorang individu berasal dari luka, infeksi, dan kondisi psikis atau kelelahan fisik yang memicu nyeri kepala. Kesemua penyebab nyeri tersebut akan berkurang dan hilang setelah penyebabnya diatasi, luka sembuh, infeksi hilang, kelelahan pulih, sedangkan pemberian obat anti nyeri akan mempercepat proses hilangnya rasa nyeri. Jenis nyeri lain yang berbeda dan merupakan sebagian besar kasus yang menimpa orang dewasa usia > 50 tahun adalah nyeri pada jaringan lunak, tendon, ligament dan persendian yang disebabkan proses degeneratif (penuaan).  Nyeri akibat proses degeneratif dan iritasi kronik karena tekanan atau gesekan yang perlahan lahan membebani dan menyebabkan peradangan merupakan jenis nyeri kronik yang lokasi nyeri dan penyebab utamanya tidak dapat ditentukan, tidak dapat dilokalisir secara pasti. Karena penyebabnya tidak serta merta dan tidak dapat segera dihilangkan maka nyeri jenis ini tidak dapat disembuhkan dengan obat obat an anti nyeri kimiawi. Pemulihan kondisi tempat nyeri yang iritatif atau menua harus disertai lingkungan jaringan yang mendekati kondisi normalnya. Pemulihan tersebut selalu secara alamiah dilakukan oleh tubuh manusia melalui kegiatan pro inflamasi dan anti inflamasi yang saling seimbang baik kadar maupun waktu giliran bekerjanya.

PRP merupakan upaya mengkonsentrasikan kerja komprehensif reaksi inflamasi pada satu lokasi yang diinginkan. Karenanya cara pemberian nya dengan cara menyuntikkan pada lokasi daerah yang nyeri dan bilamana perlu akan diulangi dengan rentang waktu 1-2 minggu. Tentunya proses menua yang berlangsung terus tidak dapat dicegah atau disembuhkan/dihilangkan; yang ingin dicapai adalah memperlambat proses penuaan tersebut. Sedangkan untuk proses iritatif akibat gesekan atau pembebanan, dapat disembuhkan bila kondisi iritatif dan pembebanan juga dikurangi dengan memperbaiki posisi tubuh, postur, atau mengatur jatuhnya titik beban (misalnya menggunakan sandal yang tepat pada nyeri telapak kaki / plantar fasciitis). Hal yang harus dimengerti dan disebar luaskan adalah bahwa PRP bukanstem cell” dan tidak boleh diberikan dengan ekspektasi berlebihan untuk menggantikan tindakan pembedahan bila memang diperlukan. Pemberian PRP yang tepat dapat menggantikan penggunaan obat obat an anti nyeri NSAID ataupun opioid yang mempunyai banyak efek samping.

Dalam menangani nyeri pada jaringan lunak seperti persendian, harus dilakukan penetapan derajat kerusakan degeneratif dan menyesuaikan titik terapetik yang diinginkan. Misalnya untuk osteoartritis sendi lutut, pemberian PRP hanya dapat mengatasi nyeri OA derajat 1 dan 2 dan pada beberapa individu, pemberian injeksi PRP dapat memperlambat progresifitas OA menuju derajat yang lebih lanjut sehingga diharapkan dapat menunda tindakan operasi penggantian sendi pada OA derajat 4.

Untuk penanganan nyeri akibat beban/gerakan iritatif seperti pada ligament/tendon di telapak kaki, siku, sendi pundak, pemberian PRP harus dilakukan hanya pada penderita yang tidak berhasil dengan fisioterapi dan belum terbentuk pengapuran yang tidak mungkin diperbaiki oleh PRP.

Oleh: Dr. Komang Agung Irianto S., dr., Sp.OT(K)

Dep. Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Judul Jurnal: Platelet Rich Plasma Injection for Soft Tissue Musculoskeletal Pain

Authors: Irianto KA, Bakri AH, Kloping NA

Dipublikasikan di: Malaysian Orthopaedic Journal. 2021;15(2)

Link: https://www.morthoj.org/2021/v15n2/plasma-injection-musculoskeletal.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp