Kisah Lana Tempuh Studi di University of Pennsylvania, Salah Satu Kampus Ivy League

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Lana Kautsarin Izzatazkia, mahasiswa FK UNAIR yang tengah mengikuti program IISMA di UPenn (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Lana Kautsarin Izzatazkia menjadi satu dari tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) yang berkesempatan mengikuti Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program tersebut merupakan salah satu program unggulan Kampus Merdeka gagasan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Lewat IISMA, mahasiswa yang akrab disapa Lana itu berhasil mewujudkan keinginannya menempuh studi di salah satu kampus Ivy League, University of Pennsylvania (UPenn). 

Sempat tidak yakin dengan dirinya sendiri, Lana merasa sangat bersyukur dapat tembus di UPenn. Ia mengaku, hal itu lepas dari bantuan doa dan dukungan dari orang terdekat, fakultas, universitas, dan Airlangga Global Engagement (AGE). Tiba pada akhir agustus lalu, Lana langsung mengikuti New Student Orientation (NSO) sebelum perkuliahan. Dalam NSO, Lana berkesempatan berkenalan dengan UPenn mulai dari berkeliling kampus, berkenalan dengan klub-klub lewat Late Night Activities Fair, hingga mencoba berbagai dining halls yang tersedia di UPenn.

“Awalnya aku merasa cukup overwhelming. Selain beradaptasi dengan lingkungan akademik dan sosialnya, banyak juga acara yang diselenggarakan. Tetapi aku benar-benar menantikan banget setiap kelasnya, karena memang semenarik itu,” tutur Lana pada UNAIR NEWS (30/10).

Penggunaan bahasa inggris pada perkuliahan yang berbeda dengan bahasa inggris keseharian, membuat Lana cukup merasa kesulitan. Namun, ia tak menyerah begitu saja. Mahasiswa FK UNAIR itu menjadi semakin termotivasi untuk banyak membaca dan bertanya. Ia juga mengaku tidak takut untuk berpendapat maupun berargumen, sebab segala pendapat sangat dihargai. “Saat ujian, kalau kita ga paham tentang soal saat ujian, kita bisa angkat tangan dan bertanya maksud dari soal itu. Kita juga bisa memanfaatkan waktu kerja untuk berdiskusi menyamakan persepsi dengan dosen,” jelasnya.

Lana mengaku, selain ujian tertulis, ia dituntut untuk berpartisipasi dalam penelitian bersama dosen, membuat scientific poster, dan melakukan projek-projek lainnya. Ia juga merasakan perkuliahan dengan metode seminar, dimana mahasiswa aktif berdiskusi dengan dosen dan mahasiswa lainnya, tentu perlu menguasai materi sebelumnya. 

“UPenn juga menyediakan Weingharten Learning Resources Center yaitu, fasilitas mentoring menulis artikel ilmiah, mengerjakan tugas yang skill-nya belum dikuasai, diskusi tentang strategi belajar dan manajemen waktu. Tutoring ini juga gratis dan bersifat 1 on 1, waktunya juga fleksibel. Di sini juga banyak study space yang tersebar di area kampus. Bahkan kita bisa pesan dulu buat belajar bareng atau sendiri. Menurutku, study space ini sangat nyaman. Beberapanya juga menyediakan makanan ringan gratis,” jelas Lana.

Tidak hanya aktif dalam akademis, Lana juga turut mengikuti Penn Effective Altruism, klub yang berfokus pada mentorship terkait strategi dan langkah dalam berbuat kebaikkan secara efektif dan tepat sasaran. Mahasiswa FK UNAIR itu juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan community service dan menjadi relawan. Menurutnya, sangat penting untuk menyeimbangkan akademis dengan kegiatan lain. Hal itu bertujuan untuk memperluas networking, mengasah soft skills dan hard skills.

“Di sini juga ada perkumpulan mahasiswa Indonesia, bernama Penncasila. Kakak-kakaknya seru dan membimbing aku banget. Kalau lagi kangen masakan Indonesia biasanya aku tanya rekomendasi restoran ke mereka, murah dan enak lagi! Ada juga komunitas MSA (Muslim Student Association), aku sering banget ikut kegiatan mereka dan dapat banyak info tentang tips cari market yang menjual daging halal, tempat ibadah di UPenn kalau lagi mepet jadwal, dan masih banyak lagi. Lalu, aku juga sering banget ikut perkumpulan PAACH (Pan Asian American Community House) dan berkenalan dengan orang Asia lainnya,” jelasnya semangat.

Ia berpesan pada mahasiswa yang memiliki keinginan berkuliah di luar negeri untuk tidak takut mencoba, perluas pintu-pintu peluang yang ada di depan mata. Menurutnya, pengalaman berkuliah S1 di luar negeri, terutama di United States sangatlah berbeda dengan pengalaman S2 maupun S3 di luar negeri. 

“Kesempatan seperti ini ga datang dua kali, apalagi pemerintah membiayai penuh. Sayang banget kalau ga dicoba. Kalau ada pertanyaan atau apapun bisa banget reach out ke aku atau teman-teman lain yang juga lolos IISMA. Selamat mencoba! Kutunggu partisipasi kalian di IISMA tahun depan!” tutupnya.(*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp