Penggunaan Media Pembelajaran untuk Mendukung Keterampilan Dokter Residen Kebidanan dan Kandungan Selama Pandemi COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh pendidikankedokteran.net

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan pandemi yang telah menyebar di 185 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan insiden itu sebagai pandemi. Hingga saat ini, paparan virus ini masih menjadi risiko di berbagai negara, tidak hanya mengenai sistem kesehatan yang dibebani dengan penambahan kasus yang membludak per hari tetapi juga di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan kedokteran. Berdasarkan laporan UNESCO, lebih dari 1,5 juta siswa di 165 negara harus dikurung dan tidak bersekolah atau kampus. Hal ini mengakibatkan sekolah, perguruan tinggi dan universitas mengubah sistem pendidikannya menjadi sistem pembelajaran online. Dampak yang terlihat terjadi pada perubahan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, kesehatan mental, psikologi, dan pendidikan. Wabah penyakit virus corona 2019 (Covid-19) menghadirkan tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi. Pemerintah telah melarang keramaian, social distancing dan physical distancing, memakai masker dan selalu mencuci tangan untuk melawan Covid-19. Pemerintah melarang perguruan tinggi menyelenggarakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran online yang disampaikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan kedokteran khususnya di bidang obstetri dan ginekologi mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pandemi. Kondisi tersebut menjadi dilematis ketika dihadapkan pada tujuan pendidikan yang ke depannya akan menghasilkan lulusan yang merupakan dokter spesialis yang berkompeten di bidangnya. Program pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi merupakan salah satu program pendidikan dokter spesialis untuk menghasilkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang kompeten melalui proses belajar mengajar yang telah ditentukan.

Dalam pendidikan kedokteran spesialis, yaitu spesialis di bidang kebidanan dan kandungan, kemampuan untuk melakukan operasi caesar merupakan hal yang mendasar. Seksio sesarea merupakan operasi yang paling sering dilakukan di bidang obstetri dan ginekologi, seksio sesarea adalah proses persalinan atau pembedahan melalui pengirisan dinding depan perut dan rahim untuk melahirkan janin. Peningkatan persalinan dengan seksio sesarea menurut WHO di semua negara selama tahun 2017-2018 sebesar 110.000 per kelahiran di seluruh Asia. WHO menetapkan standar untuk operasi caesar rata-rata suatu negara adalah 5 – 15% per 1000 kelahiran di dunia. Studi ini mengulas peran media dalam mendukung kompetensi dokter residen dalam pendidikan spesialis kebidanan dan kandungan. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Pandemi Covid-19 telah menyulitkan spesialis institusi pendidikan kedokteran untuk melanjutkan kurikulum. Ada permintaan minimum untuk kompetensi yang harus dimiliki oleh penghuni dan risiko pajanan terhadap Covid-19 dalam membuat keterampilan yang harus dilatih selama pendidikan spesialis harus dikesampingkan demi keselamatan siswa. Sebuah studi multicenter di Ethiopia menunjukkan bahwa ada adalah penurunan kasus yang ditangani oleh residen dokter selama pandemi, sedangkan sebagian besar prosedur yang mengalami penurunan drastis (40-80%) adalah persalinan pervaginam, yang adalah 4,6%, diikuti oleh operasi caesar 3,8%, dan vagina persalinan dengan bantuan alat sebesar 2,1%. Sementara itu, ketika dianalisis berdasarkan tingkat pendidikan, residen pada tahun pertama mengalami penurunan drastis dalam ginekologi jinak prosedur (36%) dan prosedur onkologi ginekologi (31%). Residen di tahun kedua mengalami drastic penurunan prosedur ginekologi jinak (53%) dan prosedur onkologi ginekologi (56%), residen dokter di tahun ketiga mengalami penurunan prosedur ginekologi darurat(3%), prosedur ginekologi jinak 54%), dan prosedur onkologi ginekologi (52%). Sedangkan residen pada tahun keempat mengalami penurunan jumlah prosedur ginekologi darurat (2%), ginekologi jinak (59%), dan prosedur onkologi ginekologi sebesar 50%. Berkurangnya jumlah tindakan yang harus dilakukan residen  ditangani selama program pendidikan tidak mengurangi risiko terpapar Covid-19. Sebuah studi cross-sectional di Italia pada residen Obstetri dan Ginekologi menunjukkan bahwa 476 residen yang mengikuti penelitian, 6,5% diantaranya pernah Infeksi Covid-19 dari hasil PCR nasofaring. Sebanyak 69,5% residen menangani kasus pasien terkonfirmasi Covid-19. Hasil survei menunjukkan bahwa ada penurunan 54,7% dalam paparan kasus dibandingkan dengan sebelum pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki dampak ireversibel pada pendidikan dokter spesialis. Strategi inovatif diperlukan untuk mengurangi kegagalan pendidikan sebagai sebuah alternatif.

Penulis: Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://jddtonline.info/index.php/jddt/article/view/5022/4162

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp