Kenali Gejala dan Cara Pencegahan Diabetes Melitus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan materi oleh dr. Soebagijo Adi Soelistijo, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, FACP dalam webinar AMSW FK UNAIR pada (24/10/2021) melalaui Zoom Meeting.

UNAIR NEWS – Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (gula darah), yang dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pebuluh darah, mata, ginjal, saraf. Hal itu dijelaskan oleh dr. Soebagijo Adi Soelistijo, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, FACP, pada webinar Airlangga Medical Scientific Week (AMSW) yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR).

Dr. Soelistijo menjelaskan keluhan-keluhan yang harus dicurigai pada saat terserang DM. Keluhan tersebut terbagi menjadi dua yaitu keluhan klasik DM dan keluhan lainnya. Keluhan klasik meliputi poliuria, polidipsia, polifagi atau banyak makan dan disertai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Sementara itu keluhan lain meliputi lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Selanjutnya, Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) FK UNAIR itu menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada penderita DM. Terdapat dua gejala pada penderita DM yaitu gejala akut dan gejala kronis. Gejala akut meliputi tiga kelebihan (makan, minum, kencing) dengan keluhan tambahan seperti nafsu makan turun, mudah capai, berat badan turun, dan apabila kondisi lanjut bisa koma.

Sedangkan gejala kronis yaitu kesemutan, kulit terasa panas dan tebal, kram, mudah lelah dan ngantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal sekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun, dan ibu hamil sering keguguran atau melahirkan bayi lebih dari empat kg.

“Gejala akut disebut ‘tiga banyak’ yaitu banyak makan, banyak minum, banyak kencing. Kemudian juga disertai dengan nafsu makan turun, mudah capek, mungkin berat badan juga turun, kemudian jika dibiarkan berlanjut bisa koma. Gejala kronis yang sering membawa pasien ke dokter, gejala kronis ini sebenarnya sudah agak terlambat,” jelasnya.

Kemudian, dr. Soebagijo memaparkan cara pencegahan DM yang terbagi menjadi tiga yaitu primer (mencegah terkena DM), sekunder (mencegah komplikasi), dan tersier (mencegah disabilitas dan kematian).

Pencegahan primer meliputi pengaturan pola makan, aktivitas fisik, menghentikan kebiasaan merokok, dan kelompok risiko tinggi perlu diintervensi farmakologis. Pencegahan sekunder yaitu mengendalikan gelikemik dan faktor risiko tinggi, rajin cek-up untuk mendeteksi adanya komplikasi awal, dan vaksinasi. Pencegahan tersier yaitu mencegah kecacatan, rehabilitasi dini, dan perlu pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi.

“Genetik tidak harus menjadi diabetes, ada kaitannya memang tapi diabetes juga bergantung faktor lain. Kalau jauh-jauh hari kita sudah tahu ada gen diabetes maka bisa dilakukan deteksi dini artinya pola hidupnya benar-benar harus hati-hati,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp