Mindi Kecil, Tanaman Peneduh yang Potensial sebagai Anti Kanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh phrygana.eu

Dibandingkan empon-empon, Mindi tidak begitu populer penggunaannya sebagai obat tradisional. Mindi sering disalahkenali sebagai Mimba. Keduanya sama-sama berasal dari familia Meliaceae, namun berbeda taksonominya. Mindi (Melia azedarach) memiliki ukuran daun lebih kecil, dengan ujung daun tunggal pada ujungnya, sementara Mimba (Azadarachta indica) berukuran lebih besar, lebih bergerigi tepian daunnya dan berpasangan. Mindi, Mimba bersama mahagoni yang dikenal sebagai penghasil kayu yang baik, sehingga selain sebagai tanaman peneduh jalan, pemanfaatan kayunya sebagai bahan bangunan jauh lebih dikenal daripada penggunaannya sebagai tanaman obat. Daun mimba dikenal penggunaannya sebagai alternatif obat malaria saat organisme infektan resisten terhadap klorokuin dan hidroklorokuin. Biji dan minyak biji mimba dapat dikenal kandungan azadirachtin yang juga dikenal penggunaannya sebagai pestisida alami. Sementara Mindi kecil, dikenal lebih kurang efek racunnya dibandingkan dengan Mimba; meskipun juga dapat digunakan sebagai pestisida alami pada pertanian organik. Hampir semua bagian tanaman ini memiliki khasiat. Kulit akar dan kulit kayunya sebagai peluruh panas (antipiretik), peluruh kencing (diuretik), pencahar (laksatif), obat cacing (antelmintik) dan perangsang muntah (emetik) dan sitotoksik. Buah Mindi banyak dimanfaatkan sebagai pestisida, obat cacing, antipiretik dan sebagai obat luar untuk kulit; sementara daunnya banyak digunakan sebagai juga obat cacing, diuretik, sebagai antidabetes dan mengobati asam urat.

Penyebaran mindi yang berasal mula dari Asia, menyebar luas sampai ke benua-benua lainnya. Dalam perkembangannya dikenal tiga tipe yaitu tipe India, China dan liar. Mindi di Indonesia banyak dikelompokkan sebagai tipe liar dengan ciri kenampakan pohon yang tinggi ±45m; sementara tipe China dan India sebagai pohon yang kecil.  Secara fitokimia Mindi kecil mengandung flavonoid, terpenoid, steroid, limonoid, asam-asam organik dan antrakuinon, alkaloid, saponins, serta tannin.

Penyakit kanker yang disebabkan oleh interaksi yang kompleks faktor lingkungan dan genetik, masih menjadi permasalahan dalam pengobatan. Timbulnya efek samping yang berat dan resistensi terhadap obat-obat kemoterapi yang digunakan, masih menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius. Penemuan dan pengembangan obat-obat kanker yang berasal dari alam seperti Vinkristin, vinblastin dari daun tapak dara (Vinca rosea); atau  doksorubisin dari mikoorganisme Streptomyces peucetius ATCC 27952; menampilkan potensi senyawa alami dalam meghasilkan obat antikanker. Dalam penelitian pengembangan dan pemanfaatannya sebagai tanaman yang berpotensi sebagai antikanker dikenal berbagai jenis Melia yang telah diuji dengan menggunakan berbagai kultur sel in vitro, bahkan sampai dengan mekanisme molekulernya. Buah, kulit batang, daun, biji Mindi kecil menunjukkan menghambat sampai membunuh sel kanker usus (HT-29, SW480), kanker payudara (MCF-7, T47D, SK-BR-3), kanker paru (A549 U937 H460), kanker ginjal (MDBK) dan serviks hepatoma, kanker darah (HL-60), kanker mulut, prostat (PC3) dan masih beberapa lainnya lagi. Mekanisme sebagai fito-hormonal yang mempengaruhi siklus sel dan sebagai apoptosis, yang dapat mengembalikan fungsi normal sel dapat diamati pada beberapa jenis pengujian. Hasil isolasi ekstrak etanol dan fraksi etil asetat daun mindi kecil menunjukkan dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang berpotensi menghasilkan efek racun, seperti meliatoksin; dan lebih lanjut dihasilkan senyawa bioaktif pregnane steroid 17-etilena-3,4-dihidroksi-14-metil-18-norandrostena-16-on, dan 17-etilena-3,4-dihidroksi-5-pregnena-16-on. Senyawa ini diketahui memiliki efek sitotoksik moderat terhadap sel uji, namun menghasilkan mekanisme apoptosis yang lebih baik dibandingkan dengan obat kanker doksorubisin. Mekanisme apoptosis senyawa-senyawa tersebut melalui jalur intrinsik dan penghambat siklus sel. Namun demikian untuk penggunaan lebih lanjut sebagai anti kanker payudara, perlu dilakukan penelitian keamanan dan manfaatnya.

Penulis: Sukardiman dan Martha Ervina

Link Jurnal: http://journal.waocp.org/article_89651_58c195fdd009e555d0747839931e33c7.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp